20_Takut

1.6K 322 460
                                    

Ternyata tidak bisa selesai di part 20, ya sudahlah tetap lanjut. Komen 400 untuk part selanjutnya, yang pengen baca uwu-uwuan, silakan nikmati meski secuil. Play mulmed Takut by Idgitaf

..


Selama dua puluh delapan tahun menghirup udara di bumi, Timor belum pernah merasa sebersalah ini. Adelia sedang berjuang di dalam ruang operasi, di ruang tunggu hanya ada Ibu perempuan itu dan dirinya saja. Berkali-kali terdengar suara dzikir berbisik keluar dari bibir wanita tua tersebut. Timor tadi mendengar kalau Ayahnya Adelia akan berkunjung dua atau tiga hari lagi. Dia mengerti ada nada kecewa terdengar tapi Timor mengerti jika permasalahan keluarga tentu menjadi hal yang sensitif jika dibicarakan dalam situasi seperti ini. Pada akhirnya, laki-laki itu memilih untuk diam dan ikut mendoakan kelancaran operasi Adelia.

Bagaimana dengan pekerjaan?

Timor memutuskan untuk tidak masuk dan meminta surat ijin dokter karena ingin full menjaga Adelia pasca operasi. Ditambah, dia mau tidak mau harus jujur ke Ibunya Adelia bahwa -mungkin, dirinyalah orang yang paling pantas disalahkan.

"Mas Tim gak apa-apa tidak ngantor?"

"Tidak apa-apa, Buk. Sudah ijin, lagipula saya kurang enak badan, mau minta surat ijin ke puskesmas."

"Loh kalau gak enak badan pulang saja, istirahat."

Timor menggeleng, "saya mau lihat kondisi Adel."

Ibu mengambil nafas panjang, tanpa menatap anak muda di sampingnya, Ibu bertanya, "sebetulnya ada hubungan apa antara anak Ibuk dengan Mas Timor?"

Timor menegakkan posisi duduk, "Adel pernah diberi pertanyaan seperti ini?"

"Pernah," Ibu menoleh ke samping.

"Dia jawab apa?"

"Teman."

Timor tersenyum kecewa di balik masker, jawaban Adel memang konsisten. "Kalau Adel menganggap saya teman, saya tidak apa-apa. Tapi kalau boleh jujur, saya menaruh rasa, hanya saja hatinya Adel belum mau terbuka."

Ibu mengerjap pelan, "Adel itu takut kecewa, karena dia terlalu sering mengalami kekecewaan dengan laki-laki, termasuk dengan Bapaknya." Ibu menunduk, "harusnya dia tidak memendam semua kecewanya sendiri, sok kuat, tapi Ibu paham bahwa Adel adalah seorang anak perempuan Sulung yang harus menjadi panutan, pelindung..," Ibu merasakan sesak di dada. "Tadi malam dia nanya, masih bisa jalan lagi apa enggak? Ibu jawab pasti bisa, hatinya harus dibesarkan."

"Kalau boleh tau, supir truknya apa tidak ada itikad baik?"

"Sudah, tapi supir truknya juga cedera, sama-sama orang susah, bisa apa?"

"Tapi setidaknya harus tetap tanggung jawab kan, Buk?"

"Keluarganya sana lebih gak punya dari kami, mau dituntut ke pengadilan juga hanya menghabiskan duit. Kemarin sudah ngasih semampunya. Harus diikhlaskan, untung ada BPJS jadi Adel masih bisa ditangani dengan baik tanpa mengeluarkan biaya yang besar."

Demi Tuhan, rasa bersalah Timor kian besar, bahkan dalam kondisi seperti ini, Ibu Adelia masih bisa menerima keadaan meski sangat berat.

"Seandainya Adel tetap di rumah, mungkin dia gak akan kecelakaan," Ibu menghembuskan nafas berat, "tapi memang jalannya begitu, ya harus diterima, meski rasanya berat sekali."

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang