10_Terima Kasih, Adelia

1.9K 341 468
                                    

350 komen untuk update selanjutnya, bisa? Play mulmed Denting by Melly Goeslow.

..

"Lumayan bisa buat beli bahan roti," Adelia memasukkan uang seratus lima ribu rupiah ke dalam dompet hasil menjual puding pesanan instruktur pelatihan. Kalau nanti Timor menyukai bolu tiwul buatannya, besok Adelia mau menawarkan ke pegawai BLK, lumayan pelatihan nyambi jualan. Jiwa bisnis di dalam diri Adelia lama-lama tumbuh dengan sendirinya.

"Mbak Adel!"

Pak Jarwo terlihat menaikkan tangan kanan seraya melambai, selalu terlihat lucu. Adelia segera berjalan mendekat, diterimanya helm seperti biasa.

"Saya tadi gasik jemputnya."

"Kenapa? Kan jam pulang masih sama."

"Takut Mbak Adel ngilang lagi kayak kemarin."

"Ya Allah, Pak. Saya gak gitu tiap hari."

"Namanya juga kuatir, Mbak."

Adelia sudah membonceng, dimajukan kepala supaya Pak Jarwo bisa mendengar apa katanya. "Mampir ke toko bahan roti ya."

"Yang deket rumah apa yang di pasar?"

"Mana aja, yang penting cepet."

"Asiap!"

..

"Vonis dokter, Bapak alzheimer. Mau gak mau kita harus bisa terima keadaan. Kalau Bapak nanya Mama di mana, aku jawab sudah tidur di rumah baru. Kalau Bapak marah tak diamkan, yang penting diawasi."

"Itu namanya kita bohong terus-terusan ke Bapak, Ru."

"Lha mau gimana lagi, diajak ke makam Mama juga Bapak malah tambah marah."

"Ya kamu usaha kasih penjelasan ke Bapak pelan-pelan, Mama sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Pasti Bapak bisa ngerti."

"Kenapa gak Mbak sendiri yang ngomong ke Bapak?"

"Aku selalu bahas berkali-kali sama Bapak pas kita telponan, memang susah, tapi kamu kan yang serumah sama Bapak. Kuncinya di kamu."

Meru berdecak, "kenapa jadi aku aja yang tanggung jawab? Anaknya Bapak ada berapa?"

"Loh aku ini tinggal jauh. Gak mungkin balik ke Banyuwangi dengan kondisi kayak gini."

"Semua bisa kalau ada niat."

"Kamu gak mikir biaya yang harus tak keluarin kalau balik Indonesia?"

"Tiket pesawat Singapura ke sini sama kayak sini ke Papua, kalau Mbak jadiin alesan ya kebangetan. Mbak Mera kerja, suami juga kerja, belum ada anak, apa susahnya sempetin pulang jenguk Bapak?"

"Gak segampang itu, Ru."

"Jadi aku juga gak gampang, Mbak. Jagain Bapak, hadepin Nina yang sewaktu-waktu bisa aja ngabisin hidupnya."

"Tapi aku gak pernah telat kirim uang buat Nina sama Bapak."

"Iya aku tau, terima kasih sudah mau bantu biaya hidup, tapi bukan itu aja yang kami butuhkan."

"Sewa pengasuh, aku yang bayar."

"Mbak sama Mas Gading sama aja, susah diajak rundingan."

Terdengar helaan nafas di seberang, "Mas Gading harusnya juga ikut tanggung jawab, jangan bebanin semua ke aku."

"Ngerawat orang tua harusnya gak pake beban, Mbak. Aku juga punya penghasilan yang masih cukup buat ngerawat Bapak. Tapi aku butuh support dari kalian, bukannya lepas tangan kayak gini. Minimal Mbak ajak ngobrol Nina, dia kesepian. Aku kesulitan handel dua pasien di rumah sendirian. Ini aja aku harus ambil cuti, Bapak ngilang lagi tadi pagi."

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang