14_Mas Tim?

1.4K 350 371
                                    

Pendek ya, 200 komen bisa?

..

Bagaimana bisa kau hadir di mimpiku padahal tak sedetikpun kurindu dirimu? Mungkin sepenggal lagu milik The Groove mewakili pemikiran Adelia saat ini. Setelah sibuk bermonoton dengan pikirannya sendiri di dalam dapur, akhirnya ia kembali dengan wajah biasa menghadapi Timor yang terlihat tanpa beban melanjutkan obrolan seolah tidak pernah terjadi hal spesial.

"Kapan itu kamu mau bahas apa aku lupa nanyain lagi."

"Kapan?"

"Yang sebelum aku kena covid," seperti biasa Timor kali ini menikmati wedang uwuh buatan Adelia, lumayan memperpanjang waktu berkunjung. Kalaupun ada tetangga lihat juga gak apa-apa wong gak nglakuin macem-macem meski hanya ada dirinya dan Adelia di kediaman Bu Nyai.

"Yang mana?" Adelia masih menunduk menatap plastik dan masker di genggaman, bantuan Timor lumayan membuat dirinya saving tenaga omong-omong.

"Halah yang kamu masih ikut pelatihan."

"Apa ya?" Adelia selesai mengepak beberapa bendel masker yang jumlahnya sampai ratusan, kedua alisnya bertaut.

Timor mengedikkan bahu, "kamu yang mau ngomong ke aku, mana kutau."

"Ya udah sih kalau gak inget gak usah dibahas."

Bibir Timor membulat membentuk huruf O kecil, otaknya muter lagi cari topik. "Dateng ke nikahan Mas Abram?"

"Insya Allah datang, kalau enggak Mbak Sekar bisa merepet."

Timor menyandarkan kedua tangan ke belakang untuk menyangga posisinya bersila, lagipula perutnya sudah penuh diisi jajanan yang disajikan Adelia. "Berangkat sama siapa?"

"Sama keluarga," Adelia beranjak dari lantai, dirapikannya masker-masker yang sudah siap dikirim, "tapi tolak gak nginep."

"Oh," Timor manggut-manggut.

"Mas dateng kan?"

"Iya," Timor menarik kedua tangan lalu ditaruh di paha, "kalau berangkat sama-sama lebih seru."

"Iyalah, Bapak Ibuknya Mas Tim ikut juga kan?"

"Ikut tapi berangkat duluan, malah Mbak Trias yang gak ikut, ada acara sama kantor katanya."

"Terus kenapa gak bareng Bapak Ibuk?"

Timor menggeleng, "aku ada acara lain sebelum itu, nyusul tapi gak nginep."

"Naik apa?"

"Mobil, sendiri."

"Ati-ati jangan ngantuk."

"Butuh temen biar gak ngantuk."

"Ajak temenlah, pacar sekalian."

"Nyindir," Timor tersenyum usil.

"Kok nyindir?"

"Aku gak punya pacar, kalau temen banyak."

"Oh," hanya jawaban singkat keluar dari bibir Adelia. Bukannya tidak peka, menimbang pernyataan Timor barusan yang mengatakan siap menjadi rivalnya Bomo, pasti ada udang di balik rempeyek, bilang butuh temen berangkat bareng ke TKP alias tempat kejadian pernikahan padahal aslinya modus.

"Kamu sama Bu Nyai berangkat naik apa?" Ganti Timor yang bertanya.

"Dijemput Om kata Ibuk."

"Berapa orang di dalam mobil? Apa gak sesak?"

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang