Update uwu setelah 400 komen, bisa? Play mulmed Ternyata by Melly Goeslow
..
Suasana tegang tidak dapat dihindarkan, wanita sepuh yang dihormati warga sekitar tampak memperhatikan penjelasan laki-laki muda yang duduk bersebrangan dengannya. Bulek Mirah dan Pak Siswo menjadi saksi sekaligus penengah -jika dibutuhkan, karena seperti dugaan mereka, Yangti terlihat masih memendam amarah karena ulah Timor pada Adelia.
"Sekarang bentuk tanggung jawab yang Nak Timor maksud seperti apa?"
Pak Siswo mengerjap pelan, ditatapnya sang putra yang terlihat cukup tegang meski sudah menjelaskan duduk perkara setenang mungkin, dengan bahasa yang sangat sopan sehingga tidak menimbulkan kesalahpamahaman. Bagaimanapun dalam pengambilan keputusan untuk melangkah lebih jauh mendekati Adelia, Timor berusaha untuk terbuka dengan keluarga. Termasuk dengan Trias yang notabene belum ada rencana sama sekali untuk menikah.
"Seperti yang saya pernah utarakan pada Ibunya Adelia, saya akan memenuhi biaya pengobatan sampai Adel sembuh."
"Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, apa kata orang lain kalau tahu Nak Timor membiayai pengobatan Adelia? Apa nanti tidak jadi bahan omongan?"
"Saya kira ucapan orang lain tidak perlu didengarkan, Bu Nyai."
"Menurut saya aneh, Nak Timor bukan penyebab utama kondisi Adelia seperti saat ini."
"Tapi supir truk jelas tidak dapat membantu membiayai pengobatan Adelia."
"Tetap saja tidak wajar, kecuali..," Yangti menggantungkan kalimatnya.
"Kecuali apa, Bu Nyai?"
Yangti menarik nafas panjang, ditatapnya Pak Siswo, "saya mohon maaf sebelumnya ke Pak Siswo, kalau soal biaya Insya Allah saya mampu, tapi yang saya kuatirkan di luar sana ada omongan yang akan menyakiti Adelia. Kalau mau jujur, rasanya berat ketika saya memberitahu kebenaran perihal Nak Timor dan Delillah, tapi menjadi kewajiban saya untuk memberitahu atau saya akan terimbas dosa. Namun di luar sana justru tersiar maksud saya menggagalkan pernikahan Nak Tim karena ingin cucu saya yang menggantikan posisi Delillah. Demi Allah tidak pernah terbersit sedikitpun niat saya mencampuri masa depan Nak Tim, siapapun pilihannya bukan urusan saya. Yang ada saya ikut mendoakan yang terbaik, baik Nak Timor maupun Delillah. Sayangnya Adelia lama-lama menjadi bahan gibah ketika putro Bapak mulai berkunjung, kadang jalan dengan cucu saya. Menurut agama Islam yang saya anut, seharusnya saya larang Adelia hanya berdua saja dengan Nak Tim, tapi saya tahu membentuk Adelia menjadi Sekar butuh waktu dan tidak bisa dipaksakan."
"Saya paham, Bu Nyai."
Yangti ganti menatap Timor, "jika memang sanggup, kalau hati kalian merasakan kecocokan, mulailah berpikir soal masa depan. Jangan sampai biaya yang dikeluarkan nanti akan menjadi utang budi bagi Adelia di kemudian hari."
Pak Siswo mengangguk setuju, "nggih saya mengerti, ini yang seharusnya menjadi pertimbangan bagi keduanya apabila Allah memiliki jalan lain sebelum ada ikatan resmi. Namun kami tidak pernah ingin memikirkan hal sejauh itu, Timor sudah memikirkan hal tersebut sebelum memutuskan untuk membiayai pengobatan Mbak Adel."
"Saya hanya tidak ingin Adelia terbebani, saya tahu persis sifat anak itu. Prinsip hidupnya tidak ingin merepotkan orang lain, termasuk saya Eyangnya sendiri. Dia tidak mau dipandang sebelah mata oleh saudara-saudaranya yang lain. Selama delapan bulan hidup dengan saya, perubahan sikapnya jauh lebih baik daripada dulu saat masih di Jakarta. Dia mampu beradaptasi dengan aturan-aturan yang saya buat, meski saya tahu dia keberatan, saya menghargai itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
General Fiction[Tamat] PHK itu... Putus Hubungan Kasih atau Putus Hubungan Kerja? Adelia sabar menunggu kapan nasib baik berpihak padanya, tapi katanya Tuhan tidak tidur. Dia ingin pembuktian. Patah hati jelas menyakitkan, tapi agama adalah alasan kenapa ia merel...