25_Mengertilah

1.7K 338 465
                                    

Hai, sesuai janji ya, Minggu malam update. Deg-degan gak nunggu mereka mau nikah? Yok 350 komen biar publishnya lancar. Play Pujaanku by Melly Goeslow

..

Suntikan sudah diberikan, kata dokter boleh menunggu dulu di kasur pasien sambil diselesaikan administrasi dan pembayaran. Menoleh ke tirai samping, pikiran Trias berkecamuk, perlukah ia mendatangi pasien sebelah yang terang-terang adalah Meru, laki-laki yang sempat membuatnya penasaran. Meski tidak lagi segaduh saat datang, namun ia masih bisa mendengar suara Meru berbicara dengan suster atau dokter.

Jika menyimak penjelasan Meru kepada pihak medis, sepertinya kasus yang dihadapi cukup sensitif. Padahal Trias ingin sekali bertemu Meru. Tapi apa pantas di situasi seperti ini? kalau Meru malu bagaimana? Yang lebih parah, bagaimana kalau laki-laki itu tidak mengenalinya?

Sret! Tirai milik Trias dibuka, ada Timor yang sudah siap dengan kursi roda, "sudah mndingan, Mbak?"

"Iya, kentut dikit tadi."

"Masih perih?"

Trias mengangguk, "tapi gak separah sebelum disuntik." Trias bangkit dari kasur, "kursi roda buat siapa?"

"Mbak Triaslah."

"Aku kuat jalan."

"Udah tak bawain, nurut aja duduk."

Trias menaikkan masker yang mulanya di dagu kemudian diturunkan kedua kaki memakai sendal lantas duduk di kursi roda, "parkirnya jauh?"

Timor mengangguk, "makanya pake kursi roda, nunggu aku ambil mobil biar gak capek."

Kursi roda ditarik menjauh dari kasur pasien, suster yang tadi menangani menyempatkan diri berpesan supaya lekas sembuh. Trias tak lupa mengucapkan terima kasih seraya memperhatikan tirai sebelah yang tersibak, sepertinya hanya ada pasien di dalamnya.

"Liat apa, Mbak?"

Trias tidak menjawab, ketika ia menolehkan kepala ke arah depan, kedua matanya berpapasan dengan binar yang membuatnya gusar.

Meru. Awan Semeru.

Laki-laki di balik masker medis itu balas menatap meski fokusnya masih dengan dokter. Ketika Trias menurunkan masker, sorot mata Meru betul-betul hanya tertuju padanya lantas mengangguk membalas sapaan Trias dari kejauhan.

Sulungnya Pak Siswo kembali menaikkan masker, dadanya berdesir, hanya melihat kedua mata Meru membuatnya trenyuh. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba cengeng seperti ini?

Nin, jangan nyusul Mama. Aku gak siap. Aku pengen liat kamu senyum lagi kayak kemarin, please jangan pergi. Aku harus ngomong apa ke Bapak?

Suara Meru yang bergetar terdengar menyesakkan, Trias mendengar semuanya. Bagaimana rasa bersalah laki-laki itu demikian besar terhadap sang adik. Kesalahan yang mungkin akan sulit untuk dilupakan.

"Mbak kenal sama orang tadi?"

"Iya," Trias menghembuskan nafas panjang. Sepertinya untuk saat ini dia hanya akan berempati, tidak lebih. Meski itu terdengar sangat kejam.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang