17_Lepaskan

1.6K 343 423
                                    

Terima kasih komennya part kemarin, 350 komen bisa? No spam, please? Play mulmed Jera by Cakra Khan

..


Hening.

Canggung.

Kiranya itu yang sekarang terjadi di dalam mobil, Timor yang fokus menyetir, Adelia yang memilih membisu sejak mereka meninggalkan Kota Malang tiga jam yang lalu. Timor yang mulanya ingin meminta penjelasan mengurungkan niat karena Adelia menjawab pendek setiap kali ditanya apakah haus? Atau lapar?

Daripada mood keduanya menjadi tidak baik, lebih baik Timor ikut diam. Hanya ada suara lagu dari player. Begitu terus hingga akhirnya Timor berhenti di sebuah masjid karena ingin istirahat dan shalat ashar yang hampir habis waktunya.

Adelia ikut turun dari mobil, karena masih berhalangan, perempuan itu duduk menunggu di selasar masjid sebelum tanda batas suci. Sembari menunggu, ia membaca pesan-pesan dari seseorang yang menanyakan kenapa pulang lebih dahulu? Yang satu lagi juga menyayangkan kenapa dirinya kentara sekali menghindar.

Fix. Adelia sudah membuat dua lelaki meradang hari ini. Baguslah, biarkan saja orang-orang itu tidak menyukainya sehingga Adelia tidak perlu berpura-pura baik. Untuk kali ini, dia ingin menjadi dirinya sendiri. Meski kesannya jahat, bodo amat.

Dua puluh menit, Timor sepertinya ingin lanjut menyelonjorkan kaki. Laki-laki itu merebahkan punggung pada karpet masjid yang tipis. Tidak apa-apa mereka di sini sejenak, toh sebentar lagi cahaya matahari akan segera menghilang berganti malam. Rencananya Timor akan menjamak maghrib dan isya' sehingga ketika sampai rumah sudah tenang langsung bisa tidur.

Mengambil ponsel, diketikkan sebuah pesan pada Adelia.

Maghriban sekalian, kalau mau istirahat di mobil gak apa-apa. Karena kunci mobil sengaja dibawakan ke Adelia supaya tidak mengganjal di kantong celana.

Tak lama pesan Timor berbalas, aku di sini aja.

Setelah menurunkan ponsel diletakkan di atas dada, Timor menatap langit-langit masjid dan ornamen yang menghiasi. Masih tersisa kurang lebih lima jam lagi jika jalan lancar. Apa yang seharusnya ia bahas bersama Adelia sepertinya stuck di kepala.

Sementara itu, yang bermain di dalam benak Timor sedang menyeberang ke minimarket seberang jalan. Mengantisipasi Timor mengantuk, Adelia membelikan minuman kopi serta beberapa camilan. Sebetulnya di dalam mobil sudah ada dibawakan Laras yang menyusul di parkiran mobil saat di lokasi resepsi sebelum dirinya dan Timor pulang, namun rasanya Adelia malas menyentuh makanan-makanan itu. Ternyata menyingkirkan sakit hati tidak semudah yang ia pikir sebelumnya.

"Lima puluh dua ribu," kasir minimarket menerima uang satu lembar seratus ribu lantas memberikan kembalian. "Silakan datang kembali," pungkasnya.

Adelia cukup mengangguk sebagai ucapan terima kasih, tepat saat ia keluar dari pintu minimarket, adzan maghrib berkumandang. Mengecek jalan supaya lebih mudah menyeberang, akhirnya Adelia sampai kembali di halaman masjid. Banyak jamaah mulai berdatangan. Mengambil duduk di tempat semula, ia mengamati satu per satu orang-orang memasuki masjid. Menoleh sebentar untuk mengintip bagian dalam, ia terkejut saat Timor ternyata keluar dari pintu masjid.

Laki-laki itu diam sebentar sebelum akhirnya menuju tempat berwudhu, dia habis kentut barusan. Adelia lagi-lagi merasa bersalah, sepertinya ia keterlaluan pada Timor dengan tidak memberi kesempatan laki-laki itu membuka obrolan.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang