19_Penyesalan

1.5K 318 314
                                    

Sabar, 300 komen bisa?

..

Sudah hampir dua hari ini tidak ada kabar dari Adelia, ditambah Timor ikut dengan tim pembangunan memenuhi undangan Bappenas yang diadakan di Surabaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah hampir dua hari ini tidak ada kabar dari Adelia, ditambah Timor ikut dengan tim pembangunan memenuhi undangan Bappenas yang diadakan di Surabaya. Karena kondisi pandemi yang masih belum bisa dipastikan kapan akan berakhir, rombongan hanya berangkat sebanyak empat orang dengan memakai kendaraan dinas serta prokes yang sangat ketat.

Beruntungnya pertemuan yang digadang-gadang akan memakan waktu lama hanya diadakan dalam waktu singkat, untuk jadwal selanjutnya melalui zoom meeting sampai dengan hari Rakor tiba, itupun dengan melihat resiko pandemi apakah semakin menurun atau terus meningkat.

Pemerintah telah mengeluarkan aturan untuk tidak berkerumun di event apapun, bahkan akhir tahun kemarin seperti tidak ada perayaan apapun. Kini meski sedikit melonggar, tetap saja aktivitas yang berkaitan dengan kemasyarakatan masih dibatasi.

"SPPD-nya sudah dibawa, Mas Tim?"

"Sampun, Bapak. Ada di ransel, sekalian isian form yang harus dikembalikan lusa."

"Oke, brarti bisa pulang sekarang ya?"

"Siap," Timor membuka pintu mobil, ada kawannya yang menyetir, gilirannya sudah tadi saat berangkat. Meladeni Pejabat Eselon Dua memang harus luwes. Dalam keheningan malam, mobil melaju dengan kecepatan delapan puluh kilometer per jam memasuki jalan tol. Masih tersisa jejak-jejak hujan yang mengguyur kota Surabaya.

"Sebetulnya pertemuan kayak gini kan gak harus tatap muka, zoom juga bisa."

"Mungkin untuk mengawal saja, selanjutnya sudah dipastikan lewat zoom, kecuali acara-acara yang mengharuskan untuk datang."

Timor menyimak, namun atensinya tertuju pada layar ponsel. Sampai detik ini tidak ada tanda-tanda Adelia akan membalas pesannya. Bahkan terpampang terakhir perempuan itu membuka chat pada hari Minggu sekitar jam empat sore, terakhir mereka bersua.

"Ngantuk, Mas?" Pramono yang pengemudi membuyarkan lamunan Timor.

"Enggak."

"Gak salah?"

"Pengen merem, iya."

Pramono tersenyum, di belakang masih terjadi diskusi antara petinggi. Dirinya dan Timor masih Eselon IV, masih prajuritnya para penggede, makanya manut saja. Lagipula masih bisa dibahas besok di kantor, sekarang rehatkan pikiran dulu.

"Lumayan sepi ya?"

"Kemarin aku pulang dari Malang juga jalanan lumayan sepi, hari Sabtu."

"Sabtu kemarin?"

"Iya."

"Liat kecelakaan gak pas masuk Banyuwangi?"

"Enggak liat, katanya ada ya?"

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang