02_Aturan

1.9K 377 269
                                    

Saya hanya akan mengerjakan satu book ini saja, tinggalkan apresiasi di kolom komentar. Cerita ini cukup relate dengan real life, jangan bosan nanti ke depan akan seperti apa alurnya. Update setelah 120 komentar.

..

"Assalamu'alaikum," Pak Jarwo berseru setelah berhasil memarkirkan motor yang membawa Adelia tiba di tujuan dengan selamat.

"Wa'alaikumsalam," Bulek Mirah –sepupunya Ibu yang sudah tidak memiliki sanak keluarga, keluar dari gang samping rumah menyambut kedatangan Adelia. "Halo, Adel."

"Assalamu'alaikum, Bulek." Adelia menghampiri, terlebih dahulu ia mencuci tangan di keran yang disediakan di halaman rumah Yangti.

"Jangan salim, tangan Bulek bau terasi. Barang-barangnya mana?"

"Kan sudah cuci tangan," tanpa melepas masker, Adelia mengambil tangan kanan Bulek Mirah untuk salim.

"Mbak Adel bawanya dua tas saja kan?" Pak Jarwo mengecek barang bawaan Adelia.

"Iya, Pak." Adelia mengeluarkan dompet hendak memberikan uang ojek pada Pak Jarwo.

"Sudah sama Bu Nyai, Mbak. Gak usah dikasih."

"Kan yang ngojek saya, Pak."

"Saya sudah menjalankan amanah Bu Nyai juga sudah alhamdulillah, lega." Pak Jarwo dengan senyuman tulus khas orang kampung terlihat sangat bersahaja di kedua mata Adelia.

"Buat anaknya jajan, Pak."

"Sampun, Mbak. Lain kali saja."

"Udah gak apa-apa, Yangti sudah biasa minta tolong sama Pak Jarwo," Bulek Mirah mengambil satu tas milik Adelia untuk dibawa masuk ke dalam.

"Jangan gitu, Pak. Terima gih buat jajan anak-anaknya."

"Saya gak punya anak kecil, Mbak."

"Ya udah buat Pak Jarwo beli apa kek, terima ah. Rejeki jangan ditolak." Adelia bukannya gengsi, tapi dia menghargai jasa orang lain, memberi sepuluh ribu dia masih sanggup mengingat rute dari stasiun ke rumah Yangti lumayan jauh.

"Ya wes diterima saja, Pak."

"Sampun, Mbak Mirah."

"Mboten nopo-nopo, rejeki."

Senyum Pak Jarwo kian melebar saat uang sepuluh ribu berpindah ke telapak tangannya, lebih terkejut lagi saat Adelia mengambil satu boks coki-coki untuk diberikan. "Loh, apa ini?"

"Gantinya ngrokok," Adelia tersenyum tipis, "makasih ya, Pak."

"Nggih, Mbak. Barokah. Saya bantu masukkan ke dalam."

"Saya bisa sendiri kok, Pak." Adelia buru-buru mengambil tas yang ada di samping kaki, sementara tas satunya sudah dibawakan Bulek Mira.

"Matur suwun, Mbak."

"Oiya, kalau saya butuh Pak Jarwo harus hubungi ke mana?"

"Saya punya hape, tapi gak tau nomernya. Lupa."

Ya ampun polos beneran apa ini orang? " Hapenya mana?"

Pak Jarwo menggeleng, "dibawa istri saya jualan di pasar."

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang