26_Tak Kunjung Usai

1.7K 310 312
                                    

E-Book Sephia ready for sale!

Siapkan tisu di part depan. Update setelah 250 komen, bisa? Play Mulmed Kepastian Cover

..

"Bapak sudah dinyatakan negatif tapi dokter mengatakan fungsi paru dan jantungnya bermasalah, Mbak."

Rasanya Adelia sudah kebal menghadapi berbagai ujian yang mendera, setelah kedua kaki yang harus belajar jalan, kini Bapak yang dinyatakan tidak sehat. "Terus sekarang gimana?"

"Dirawat intensif, hanya boleh dijenguk satu orang aja."

"Siapa yang jagain Bapak?"

"Mamah, kadang kalau udah capek ganti aku. Tapi ya gitu, Mamanya Kak Gilang kayak berat banget liat aku ke rumah sakit."

"Wajar, apalagi angka covid naik lagi."

Laras mendesah resah, "Mbak kapan nikah?"

Adelia paling enggan ditanya kapan kawin, yang mau menjalani kan dia bukan yang bertanya. Kenapa semua orang ikut repot mengurusi kapan dia akan melepas masa lajang? "Kayaknya momennya gak pas bahas ini deh, Ras."

"Jawab dulu pertanyaanku."

"Nunggu Bapak sehat."

"Jangan kelamaan, Mbak. Kita gak tau sampai kapan Bapak kuat ngelawan sakitnya."

"Kamu gak boleh ngomong gitu, Ras," suara Adelia sedikit meninggi, "Mbak doain mati-matian malah kamu mikir yang enggak-enggak. Gimana sih?"

"Aku juga doain terbaik buat Bapak, tapi mungkin terbaiknya aku, kamu dengan terbaiknya Allah itu beda."

Seolah dibenturkan pada kenyataan pahit, Adelia bingung siapa yang akan menjadi wali nikahnya kelak jika Bapak betul-betul diambil yang Maha Kuasa? Dia tidak memiliki saudara laki-laki, bahkan saudara kandung seibu sebapak dengan dengan Bapak semua perempuan. Mau minta dinikahkan oleh Kakek juga mustahil karena Kakek sudah meninggal. Tidak mungkin kan wali nikah dari pihak Ibu? semua sudah diatur dalam Peraturan Menteri Agama yang sah di mata hukum.

"Aku gak bisa nengokin Bapak, Ras. Aku masih ketergantungan dengan orang lain."

"Aku paham, Mbak. Sekarang yang bisa kita lakukan berusaha mengobati Bapak, berdoa semoga Bapak kuat melawan long covidnya."

"Kamu jangan nakut-nakutin gini, optimis, Ras!"

"Mbak, kamu gak di posisiku saat ini. Jujur, aku gak kuat liat Bapak kayak gini," suara Laras bergetar, "aku juga takut kalau sewaktu-waktu suster nelpon mengabarkan kondisi Bapak semakin kritis."

Adelia mengucap istighfar berkali-kali, seandainya ada kesempatan meminta mukjizat, yang paling ia inginkan saat ini hanyalah kesembuhan Bapak. "Banyak-banyakin sedekah atas nama Bapak, Ras."

"Iya, Insya Allah. Semoga Allah angkat sakitnya Bapak, Allah ampuni dosa-dosa Bapak."

"Aamiin, Ya Allah Bapak..," kesekian kalinya kedua mata Adelia memanas. Jika Tuhan berbaik hati, bisakah diperpanjang? Dia ingin kedua orang tua lengkap menemaninya di pelaminan kelak.

***

"Gak pengen ta ketemu aku?"

Atensi Adelia setengahnya tertuju pada mesin jahit, setengahnya lagi pada sambungan telepon laki-laki yang ngeyel minta ketemuan padahal sudah di-warning sama Yangti untuk tidak sering-sering datang ke rumah. Saru dilihat tetangga.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang