Chapter 14 - Berhijrah

119 19 2
                                    

Shalat taubat, itu hal pertama yang Naifa lakukan saat ia sudah sampai ke dalam kamarnya. Dengan penuh kekhusyukan Naifa mendirikan shalat dan meminta permohonan ampunan kepada Allah.

Telah banyak dosa yang ia lakukan, dan ia benar-benar menyesali perbuatannya. Tersebab masalahnya dengan Randi ia menyadari bahwa hal itu adalah jalan untuk ia memperbaiki hubungannya dengan Allah. Dan, dengan cara Allah mematahkan hatinya karena manusia pula, Naifa juga menyadari kalau ia sudah sangat jauh dengan Sang Pencipta.

Mulai dari memperbaiki shalat, langkah awal Naifa dalam memperbaiki hidupnya ke arah yang lebih baik lagi. Dulu, yang mungkin saja, Naifa lupa jumlah rakaat dalam shalatnya, perlahan-lahan mulai ia perbaiki dalam segi kekhusyukan shalatnya. Beribadah semata-mata hanya karena Allah.

Memperbaiki dari segi penampilan juga ia perhatikan. Dulu, ia sangat sering menggunakan celana jeans dan baju berlengan panjang atau pendek di depan banyak orang, perlahan mulai ia tinggalkan. Dulu, ia masih suka menampakkan rambut panjang nan indahnya kepada banyak orang, perlahan mulai ia tutupi dengan hijab, meskipun belum syar'i namun sebisa mungkin hijabnya masih menutupi sebatas dadanya.

Dan, interaksi dengan lawan jenis, mulai sangat ia batasi sekarang. Cukup kesalahan di masa lalu yang ia lakukan, dan kini ia benar-benar ingin berubah karena Allah.

Stop pacaran, ia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi. Cukup sekali dalam hidupnya, karena berpacaran dengan Randi, baru ia sadari kalau waktunya banyak terbuang sia-sia, banyak kebohongan dengan orangtuanya yang ia perbuat demi bertemu dengan sang kekasih dulu.

Mulai detik ini, Naifa yang baru akan terlihat.

***

Kaki Naifa dengan perlahan menuruni satu-persatu anak tangga, dan langkahnya mengarah ke ruang keluarga yang di sana sudah terdapat umi dan Abi serta kakaknya yang sedang menonton televisi.

Siang tadi, seusai ia melaksanakan shalat taubat. Naifa langsung menghampiri umi dan abi nya yang baru saja pulang dari berbelanja di pasar modern. Naifa langsung bersimpuh dan meminta maaf kepada kedua orang tuanya dengan terisak dan penuh penyesalan.

Awalnya Syafa dan Umar marah dan kecewa saat Naifa mengatakan bahwa ia pernah berpacaran, namun saat dijelaskan oleh Azmi dengan lembut, mereka mau mengerti dan memaafkan anak perempuan satu-satunya itu. Kini sudah tidak ada kebohongan lagi antara Naifa dengan kedua orang tuanya terkait hubungannya dengan Randi di masa lalu.

"Nai, Abi sudah tahu dari kakakmu, ada seorang lelaki yang ingin menikahi mu, benar begitu?"

Naifa yang sedang bergelayut di bahu sang umi sontak menatap intens ke arah sang Abi. "Iya benar, tapi sebelumnya udah Nai tolak."

"Iya, tadi juga kakakmu udah menjelaskan ke Abi mengenai tolakan kamu itu. Namun lelaki itu mengajukan ta'aruf, masa perkenalan sebelum ke jenjang pernikahan. Apa kamu bersedia melakukannya lebih dulu?"

"Iya, Nai bersedia untuk ta'aruf dengan Mas Farzan. Nai juga udah bilang ke Mas Azmi tentang itu." Naifa melirik sekilas ke arah sang kakak yang sedang memperhatikannya juga. "Tapi, Bi, kalau misalnya Nai merasa tidak cocok dengan Mas Farzan, bolehkan Nai tidak melanjutkan proses ta'aruf nya?"

"Kamu belum di mulai proses ta'aruf nya udah mikirin nggak cocoknya, sebenarnya kamu yakin nggak sih buat ta'aruf dengan Farzan?" Azmi mencibir halus ucapan Naifa.

"Bukan begitu, Mas. Aku sudah memutuskan untuk bersedia ta'aruf dengannya berarti aku yakin dengannya. Namun aku berhak kan untuk tidak melanjutkan prosesnya jika Mas Farzan tidak sesuai dengan visi misi pernikahanku?"

"Ya, kamu boleh kok tidak melanjutkannya, Nai." Umar yang menjawab sebelum Azmi hendak menjawabnya. "Apapun keputusan kamu jika itu baik untuk kamu, Abi dukung saja. Jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah dalam setiap keputusan kamu."

Jalan Takdir TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang