Chapter 1 - Penyelamat

2K 55 1
                                    

Seorang gadis berambut panjang terlihat sibuk memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk menghadiri pengajian Ibu dari sahabatnya. Sudah beberapa pakaian yang ia keluarkan dari dalam lemari miliknya, namun tak ada satu pun yang menjadi pilihannya. Maklum saja, untuk menghadiri acara pengajian seperti itu sangat jarang sekali didatangkan olehnya. Dan hari ini, kalau bukan karena permintaan sahabatnya, ia tidak akan datang.

Akhirnya pilihannya jatuh kepada gamis polos berwarna coklat, pemberian dari sang ibunda sebulan yang lalu. Gamis yang sama sekali belum ia pakai. Gadis itu melirik jam yang menempel di dinding kamarnya. Sudah pukul tujuh malam. Ia sudah sedikit terlambat. Buru-buru ia memesan taksi dari sebuah aplikasi transportasi online.

"Umi, Nai izin ke rumah Salma, ya?"

"MasyaAllah cantiknya anak Umi." Puji Ibundanya yang bernama Syafa. Wanita paruh baya itu tersenyum senang melihat penampilan sang anak. "Mau pergi ke pengajian Umi Frida?"

"Iya, Umi."

"Alhamdulillah. Ya udah hati-hati di jalan, ya. Semoga ilmu yang kamu dapatkan di sana membawa perubahan lebih baik lagi untuk kamu." Syafa bersyukur mendengar hal itu. Jarang sekali anak perempuan satu-satunya ini mau menghadiri sebuah pengajian. Bahkan saat diajak olehnya saja banyak sekali alasan yang ia dapatkan dari sang anak.

"Naik apa ke sana? Apa mau nunggu Mas Azmi pulang dari masjid? Biar diantar sama Mas-mu."

"Naifa tadi sudah pesan taksi online, Mi," jawab gadis itu.

Seperti katanya, gadis itu bernama Naifa Rizhan Nuraisha. Dia masih menempuh pendidikan di sebuah Universitas di Jakarta dan sedang berjuang di Fakultas Kedokteran semester enam.

"Ya udah, Nai berangkat ya, Umi. Pak sopirnya udah chat Nai nih, udah ada di luar." Naifa pamit sambil meraih tangan Syafa dan mengecupnya sopan.

"Iya, sayang. Hati-hati di jalan, kalau mau pulang kabarin Mas Azmi, biar Mas-mu jemput ke sana."

"Nggak perlu, Mi. Nanti Nai naik taksi lagi saja. Kasihan Mas Azmi baru pulang kerja, pasti dia capek."

Syafa hanya mengangguk. Ia mengikuti langkah sang anak yang berjalan keluar rumah. "Salamnya mana, sayang?" Syafa mengingatkan Naifa yang sering sekali lupa untuk mengucapkan salam.

Naifa berbalik badan, "Assalamualaikum, Umi. Nai berangkat, ya." Ucapnya sambil senyum ke arah Syafa.

"Wa'alaikumussalam."

Setelah memastikan taksi yang membawa Naifa sudah jalan menuju kediaman Frida, Syafa masuk kembali ke dalam rumahnya. Syafa selalu tak pernah absen untuk terus mendoakan sang anak agar terus berada di jalan yang Allah ridhai.

Perjalanan memakan waktu 25 menit. Akhirnya Naifa sampai di depan pekarangan rumah orangtua sahabatnya. Naifa celingak-celinguk mencari keberadaan Salma. Dengan melangkah sopan ke dalam rumah itu, Naifa akhirnya menemui keberadaan Salma di dapur, setelah diberitahu oleh Ibunya Salma.

"Salma." Panggil Naifa.

Gadis berpakaian gamis lengkap dengan hijab syar'i nya itu menoleh, "Alhamdulillah, akhirnya kamu datang juga, Nai. Hari ini kamu cantik banget pakai hijab. Semoga selamanya di pakai ya." Ucap Salma dengan bahagianya melihat sahabat yang disayanginya itu hadir dan menutupi rambut indahnya dengan sebuah kerudung.

"Panas tahu. Aku pengin buka saja hijabnya. Aku nggak betah," balas Naifa. Tangannya hendak membuka penutup yang membalut rambut indahnya itu.

"Eh, jangan dilepas!" Cegah Salma.

"Panas, Salma. Aku nggak betah."

"Jangan dilepas, ya. Nanti lama-kelamaan kamu akan betah kok pakai hijab. Harus dibiasakan, ya. Lagipula acaranya saja belum mulai, kamu udah mau lepas hijab saja." Salma berucap dengan sedikit nada protes di sana.

Jalan Takdir TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang