Dhiandra dan Salma memperhatikan perubahan penampilan Naifa dari ujung kepala hingga kakinya. Ada pancaran kebahagian yang terlukis di wajah keduanya.
"Kenapa? Aku nggak cocok ya pakai gamis kayak gini?" Naifa berucap sambil memperhatikan pakaian yang ia gunakan.
"Masya Allah, kamu tambah cantik banget, Naifa. Semoga Istiqomah ya, Nai." Dhiandra memeluk erat sahabatnya dari samping.
"Seriusan? Aku agak kurang percaya diri nih."
"Serius, Naifa. Kamu cantik banget. Aku senang, akhirnya kamu mau berhijrah, dan aku harap selamanya kamu seperti ini ya?" Salma menimpali.
"Doakan aku ya, agar aku selalu berada di jalan yang diridhai Allah." Naifa membalas pelukan sayang dari kedua sahabatnya.
"Tanpa kamu pinta, doa kami selalu yang terbaik untukmu, Naifa."
Naifa bersyukur karena Allah menghadirkan kedua sahabat seperti Dhiandra dan Salma yang selalu mendukung apapun yang ia lakukan jika itu baik untuknya, dan menasehati jika apa yang ia lakukan itu salah.
Perkuliahan sebentar lagi akan di mulai beberapa menit lagi. Ketiga wanita cantik itu melangkah menuju ruang kelasnya. Teman-teman Naifa di kelasnya menatap dengan heran, itu membuat Naifa sedikit risih. Untung saja, ada kedua sahabatnya di samping Naifa yang membuat ia lebih merasa tenang.
"Lo Naifa, kan?" Tanya salah satu teman Naifa di kelas yang terkenal dengan geng rumpi nya bersama salah satu teman sekelasnya yang lain. "Tobat lo, Nai?"
"Iya, tobat gue, Mey." Sahut Naifa.
"Nggak ada hujan dan badai, tiba-tiba lo datang ke kampus dengan pakaian syar'i seperti ini, heran saja gue." Timpal Meylani.
"Kenapa? Gue mau pakai apa saja juga tetap cantik, kan?" Naifa menyahuti kembali ucapan Meylani dengan candaan.
Meylani terkekeh. "Lo udah berubah penampilan kayak gini, tingkat kepedean lo nggak berkurang ya, Nai."
Naifa tertawa renyah. "Jelas dong! Meskipun gue berubah dalam segi penampilan, gue tetap Naifa yang sama."
"Yah, gue pikir, sifat menyebalkan lo sedikit berkurang, Nai." Celetuk Khansa, teman satu gengnya Meylani.
"Memangnya gue menyebalkan?" Naifa mendelik sebal ke arah Khansa.
"Iya, Naifa. Menyebalkan banget." Sahut Meylani dan Khansa hampir bersamaan.
Naifa terkekeh mendengar respon keduanya. "Maaf ya kalau selama ini gue menyebalkan untuk kalian." Naifa dengan tulus mengatakan itu. "Mungkin nanti gue lebih menyebalkan daripada yang kemarin." Naifa kembali melanjutkan ucapannya sambil tertawa pelan.
"Gue nggak maafin nih kalau begitu." Sahut Meylani.
Tawa Naifa pecah seketika. "Bercanda."
"Iya, gue tahu kok, lo kan memang begitu orangnya." Balas Meylani. Dengan cepat Meylani langung memeluk Naifa erat. Naifa tersentak kaget dengan perlakuan Meylani yang tiba-tiba. "Gue hanya bisa berdoa yang terbaik untuk lo, Nai. Jujur gue senang banget melihat penampilan lo yang seperti ini." Meylani berucap dengan tulus.
Naifa membalas pelukan hangat Meylani, "Mohon doakan selalu ya, Mey."
"Meskipun kita berbeda, gue sebagai teman hanya berharap lo terus kayak gini ya? Selalu mengikuti perintah Tuhan lo dengan baik, dan shalat jangan pernah ditinggal. Dhiandra dan Salma pasti capek banget nasehatin lo karena keras kepala banget kalau dibilangin."
Naifa mengangguk patuh. Dhiandra dan Salma memang sering sekali menyuruhnya untuk shalat di depan Meylani dan Khansa, tetapi dengan angkuhnya, Naifa selalu menolaknya ataupun menundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Takdir Terindah
Romance"Aku punya masa lalu dan kamu pun punya masa lalu. Aku tidak mempermasalahkan masa lalu kamu, karena yang terpenting bagiku, kamu adalah masa depanku yang harus selalu aku jaga dan aku bimbing hingga ke Jannah-Nya." - Muhammad Farzan Alhusayn - "All...