Han Jisung, siswa SMA tingkat akhir yang terkenal dengan kecerdasaannya, dulu ia begitu disanjung oleh teman-teman dan pihak sekolah karena banyak menyabet juara pada beberapa kompetisi sains
Namun di tahun terakhir masa SMA semuanya berubah, setelah keunikan yang dimiliki si kembaran terkuak dan menyebarkan rumor di sekolah Jisung, mereka tidak bersekolah di tempat yang sama
Ding dong..
Bel rumah berbunyi, Jisung sebagai pecinta rebahan kembali menarik selimut hingga menutupi kepala
Ding dong..
"ish" jisung menyibak dan menendang selimutnya hingga jatuh di lantai "siapa sih ganggu banget, Felix mana lagi"
Ia berjalan menghentak menuruni tangga, rasa kesalnya semakin naik ke ubun-ubun saat bel rumah terus berbunyi tanpa henti "tahan Ji.. sabar sabar"
Hembusan halus keluar dari bibir munginya sebelum membuka pintu dan..
Plak!
Sekeras apa pun ia mencoba bersabar, ia tak akan tahan untuk tidak melakukan kekerasan ketika mengetahui pelaku pengebelan rumahnya adalah Seo Changbin
"berisik babi!"
Yang menjadi korban pukul mengaduh kesakitan "sakit ji, lo sih buka pintu lama bener"
"sabar dikit kek, lo yang datangnya kepagian, mau ngapain kesini?"
"mana Lee Felix?"
"ck gapenting banget" jemari kecilnya meraih gagang pintu hendak menutupnya
"eh eh jangan marah dong manis"
Seketika wajah Jisung memerah, bibir mungilnya mengatup rapat, berusaha meredam nafsu besarnya untuk tidak menampar wajah Changbin
Ia benci, sangat benci disebut manis karena beberapa teman di sekolah sering mengatainya gay diselingi kata-kata feminim, seperti manis dan cantik
"jancuk!" tanpa pikir panjang Jisung membanting pintu dengan keras
Changbin adalah teman terdekatnya sejak SMP, seharusnya ia tahu mana yang menyakiti hatinya dan yang tidak "Changbin bego!"
Bel rumah terus berbunyi, begitupun dengan air mata yang terus merembes
"kenapa nangis sih" ia merasa sama bodohnya dengan Changbin jika ia tetap menangis
Saat berjalan melewati tangga ia berpapasan dengan Felix, saudara kembarnya
"bang kenapa nangis? Siapa di luar?" tanya Felix khawatir
Jisung tak merespon baik kekhawatiran yang Felix tunjukkan, ia hanya melirik sinis dan terus berjalan menuju kamar
Felix menghela napas lelah "kapan lo bisa menerima gue?" bisiknya
***
Jisung menutup buku bacaannya dan melemparnya ke nakas
Kryuk~ perutnya mulai berbunyi memberi sinyal agar segera diisi
Jam di nakas menunjukkan pukul 11.11 "eung, tunggu sampai menit ke 15 ya, kita cari makan" ia meringkuk di balik selimut sembari mengusap perutnya
Dulu saat mama sedang bekerja dan hanya berdua saja di rumah, Felix selalu memasak dan Jisung yang akan bersedia membantunya, atau lebih tepatnya mengganggu Felix di dapur
Sekarang Jisung tidak peduli Felix masih melakukan rutinitas itu atau tidak
"Ji"
Jisung menoleh cepat, Seo Changbin ternyata "siapa yang ngijinin lo masuk kamar gu-"
"Felix, nih makan"
Mata Jisung berbinar menatap kantung plastik di hadapannya, bagus dirinya tak perlu keluar kepanasan hanya untuk membeli makanan
Sadar ia tengah marah dengan Changbin, ia berbalik memunggungi sahabatnya itu "gue masih marah ya"
"dih marah kok bilang-bilang" Changbin tersenyum kecil
"bodo" jawab Jisung kesal
"maaf ya, gue tau omongan gue nyakitin lo" diusaknya rambut berantakan Jisung
Masih belum ada jawaban "ji maafin gue dong" tak ingin menyerah begitu saja Changbin berjalan mendekati Jisung dan berjongkok untuk menyetarakan wajah keduanya
"maaf.."
Jisung menghela napas lelah, tak habis pikir kenapa Changbin bercanda sampai sejauh ini "gue mau maafin lo, tapi plis jangan pernah ngucapin hal-hal yang sensitif buat gue lagi"
"-atau gue bakal jauhin lo kayak yang gue lakuin ke Felix"
Changbin tersenyum "bagus"
Jisung mengernyit "apaan?"
"selama ini lo selalu ngucapin kata kasar sambil ninggalin gue kayak tadi, kalo gue gaminta maaf pun lo bakal balik sendiri kayak gapernah terjadi apa pun sebelumnya
-gue seneng lo teges kayak tadi, terus lakuin itu. Lo kalo gasuka bilang, jujur sama orang lain sama apa yang lo rasain. Kalo lo diem aja mereka gabakal ngerti dan ngulangin lagi berkali-kali"
Jisung terdiam, sorot matanya seperti menerawang entah kemana Changbin tak paham "lo kenapa?"
"tapi gue ngomong gitu karena omongan lo yang keterlaluan" Jisung menatap Changbin dengan mata berkaca-kaca
"astagaa.." jujur Changbin tidak bermaksud menyakitinya sedalam ini "jangan nangis, cup" sekali lagi diusaknya pucuk kepala Jisung
"selama ini gue yang jagain lo dari berandal-berandal itu ji, gue mau lo lebih kuat lagi kalo ternyata gue gak seuniv sama lo"
"gue gapeduli orang lain ngehina gue, tapi kalo lo hiks, sahabat gue yang bilang rasanya sakit banget"
Air mata Jisung berhasil membuat rasa bersalah di dada Changbin bertambah besar "maaf ya, gak lagi deh"
Ia sudah menganggap Jisung seperti adiknya sendiri, karena itu ia selalu mendorong Jisung agar bisa menjadi tegas seperti dirinya
25/05/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestb̷̷o̷̷y̷̷friend | Minsung
FanfictionBukankah aneh jika melakukan hal-hal manis dengan sesama jenis setelah dia mendeklarasikan diri sebagai homofobik? "lo yakin dia homofobik bin?" 25/05/21