(4) Marah

692 92 9
                                    

Di keheningan malam Minho masih sibuk berkutat dengan laptopnya, mengerhakan tugas-tugas yang datang silih berganti membuatnya sering tidur larut malam

Yahh, sayangnya tugas kuliah tidak seperti tugas-tugas sekolah yang dapat dikerjakan di pagi hari dengan menyalin tugas teman

Minho menaikkan kacamatanya yang lagi-lagi merosot "ah, lo kenapa sih?"

Dilepasnya kacamata berukuran minus 2 yang mengganggu pekerjaannya itu, setelah diperiksa ternyata nosepadnya melonggar

Ia harus memperbaikinya segera besok pagi agar bisa mengikuti kelas dengan tenang

"hng" Minho merenggangkan kedua tangannya ke atas, mendorong urat-urat tegangnya agar menjadi lebih rileks

Merasa kehausan, ia mengambil air di dapur dan mendapati Jisung yang tengah duduk di karpet ruang tamu sembari fokus menatap layar laptop "belum tidur?"

"hmm"

Minho mendudukkan diri di sofa yang Jisung gunakan untuk bersandar "kayaknya gue pernah liat lo ngerjain ini deh"

"hm ini bukan punya gue" Jisung meraih tangan Minho dan menaruhnya di atas kepala

Sudah paham akan apa yang diinginkan si manis, dengan lembut ia menggesekkan tangannya pada rambut halus itu

"bukannya gue udah bilang jangan mau dijadiin babu sama temen-temen lo, bandel, apa mau gue yang bilangin biar mereka nggak ngasih tugasnya ke elo lagi?"

"sst" jisung membungkam mulut Minho dengan telunjuk mungilnya padahal Minho sudah selesai bicara

"lo berisik banget, gue dibayar buat ini tau"

"hah? Gimana?"

"ck" Jisung mengecek perkerjaannya sekali lagi, bagian inilah yang paling menyenangkan baginya.

Tugas itu mudah dan menyenangkan jika sudah selesai

Itulah perkataan sang dosen yang kini ia pegang sebagai motivasinya untuk terus semangat mengerjakan tugas

Selasai dengan urusannya Jisung merapikan barang-barangnya "gue udah ngelakuin saran lo ho, buat nolak mereka"

"baru sekarang?" sudah sejak 3 bulan lalu Minho mengomeli Jisung agar berhenti melakukannya

Jisung meringis, sebenarnya ia melakukan itu karena ketahuan oleh Changbin saat mengerjakan tugas temannya di cafetaria, saat itu juga ia dimarahi habis-habisan

Dan saat itu juga Jisung didesak untuk mengatakan kepada teman-temannyanya kalau ia tak lagi menerima jasa pengerjaan tugas,

Tentu saja ia tidak bisa menolak karena Changbin memantaunya dari kejauhan

"halo guys, gue udah kirim tugas kalian di email masing-masing"

Ketiga temannya sontak menatap Jisung dengan binar bahagia, mereka mengucapkan rasa terimakasihnya berulang kali

"emm anu" Jisung melirik Changbin, ternyata lelaki itu sedang menatap dengan death glare yang siap membunuhnya

Buru-buru Jisung mengalikan pandangan dan berkedip berulang kali "eng gue gak bisa lagi ngerjain tugas kalian"

"eh? Kenapa ji?" tanya perempuan berambut panjang

Jisung memutar otak untuk menjawab pertanyaan yang sudah ia duga sebelumnya, ia tidak bisa berbohong dengan mengatakan ia sibuk atau apa pun itu "ah, gue cuma ngerasa kalo ini nggak bener"

Salah satu dari mereka mengangguk-angguk

"oohh jadi begitu"

Mereka bertiga saling pandang agaknya mendiskusikan masalah ini melalui telepati

"bagaimana kalau kita bayar lo?"

Kening Jisung mengkerut "lo ngasih gue uang gitu?"

"yup, jadi lo kayak buka jasa ngerjain tugas terus kita ngasih lo sesuatu buat balas jasa lo, terserah lo sih sesuatu itu apa, bisa uang, barang, atau lainnya. Mau kan?"

"engg.." boleh juga pikir Jisung, selain mengasah ilmu saat mengerjakan tugas ia juga mendapatkan uang untuk saku tambahan, yah meski Jisung tidak membutuhkannya

"okey, tapi liat-liat situasinya dulu ya, kayaknya gue gabakal selalu bisa" jujur saja Jisung takut jika Changbin tidak setuju dengan ide ini dan kembali memarahinya

Namun, berbanding terbalik dari yang dibayangkan, Changbin justru memujinya pandai mengambil peluang

Tidak tau saja jika itu bukan idenya

"jadi lo lebih drngerin Changbin ketimbang gue?"

"eh?" respon yang Minho berikan sungguh tak Jisung duga, apa ia sudah salah bicara?

"bukan gitu ho.. lo tau kan Changbin kalo marah kayak gimana, gue taku-"

"apa lo harus gue marahin juga biar nurut?" Minho mencengkram rahang Jisung, tak terlalu kuat namun cukup untuk membuat Jisung mendongak

Jisung melihat sorot kesal bercampur amarah di mata Minho, kalau dipikir-pikir bisa gila ia jika punya dua teman yang kerjaannya marah-marah, menghadapi Changbin saja ia sudah stres

Buru-buru Jisung menepis tangan Minho dan memeluk tubuh itu "enggak.. plis jangan marah, jangan kayak Abin"

Tolong katakan bagaimana cara membuat jantung Minho agar baik-baik saja saat Jisung berada di atasnya dengan menampilkan wajah memohon yang begitu menggemaskan

"maaf, bukannya gak dengerin omongan lo, gue cuma.."

"cuma..?"

Oke, Jisung tidak punya alasan yang pas untuk kasus ini

"maaf"

"cih" tau Jisung benar-benar mengabaikan nasihatnya, Minho mendorong tubuh mungil di atasnya agar menjauh

"cup" tak mau kalah si manis mengecup bibir Minho singkat kemudian memeluk lehernya erat

Lihat, jika semanis ini bagaimana Minho bisa marah lama-lama

27/05/20

Bestb̷̷o̷̷y̷̷friend | MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang