"babay Minho~"
Brian mengintip adik kecilnya dari balik jendela. Anak manis itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi mengantar kepulangan sang sahabat yang berjalan kian menjauh
Si manis berbalik ke rumah dengan riang, ia senang berhasil membawa Minho ke rumah dan mengenalkannya kepada sang kakak. Kaki kecilnya berjinjit lucu membantu tangannya meraih knop pintu
Cklek
Saat memasuki rumah si manis di sambut oleh sang kakak yang berkacak P90 tepat di depannya "ikut kakak ke kamar"
Jisung yang tangannya tiba-tiba di tarik oleh sang kakak hanya bergeming dan mengikuti dari belakang. Apa ia melakukan kesalahan? Pikirnya
Yang lebih kecil duduk di tepian kasur sedangkan Brian menyeret kursi belajarnya untuk di duduki tepat di depan Jisung
"dari mana kamu belajar kayak gitu?" todong Bri tiba-tiba
"kayak gitu apa?" tanya si kecil bingung, "beri tau Ji apa masalahnya, Ji gak ngerti"
"tentang ini" Brian menunjukkan kertas gambaran Jisung yang tak mulus lagi, terdapat bekas lipatan kotak-kotak kecil karena Bri melipatnya agar muat di saku celana
"ck, kok dilipet-lipet sih, balikin!" dengan cepat kertas gambar itu berpindah tangan, Jisung mengusap-ngusap kertasnya berharap kembali mulus seperti semula
"kamu tau dari mana konsep kayak gitu?" ulang Bri yang kini lebih menuntut
"konsep apa sih kak? Yang jelas dong, kalo kayak gini kesannya kakak lagi marahin Ji, padahal Ji gatau apa-apa" ujar Jisung kesal
Brian menghela napas
"oke maafin kakak, gambar ini" tunjuk Bri pada pasangan pengantin di atas kertas "kamu pernah liat gambar serupa? Atau liat dengan mata kepalamu sendiri dua orang lelaki sedang menikah?"
Jisung menggeleng pelan
Ini melegakan bagi Brian, itu artinya sang adik tidak terpengaruh oleh lingkungan atau pergaulan. "terus kenapa kamu gambar dua lelaki menikah?" tanya Bri selembut mungkin agar tidak menyenggol amarah sang adik
"uh? ini bukan dua lelaki, ini aku dan Minho" Jisung menentang perkataan sang kakak tentang dua lelaki menikah
Brian menggaruk pelipisnya, ia bingung dengan sang adik, apa karena dia terlalu pintar sampai Brian tidak mengerti jalan pikirannya?
"kalau begitu siapa yang memakai gaun? Kamu atau Minho?"
"aku" jawab Jisung lantang
"kenapa pakai gaun? kan Ji juga lelaki, pakai tuxedo dong harusnya" Brian terus memancing agar sang adik mengeluarkan isi kepalanya
"memangnya ada pasangan pengantin yang memakai tuxedo dan tuxedo? Ji nggak pernah liat tuh. Jisung pake gaun karena Minho tadi nggak mau pakai gaunnya jadi Jisung yang make"
Brian mengangguk-angguk "jadi Jisung ngalah dan mau jadi perempuan buat Minho?"
Jisung mengerutkan keningnya dengan mata yang menatap sang kakak tajam, "apa maksudnya jadi perempuan? Ji tetap laki kak, Ji hanya mengalah pakai gaun karena Ji suka Minho. Sesimpel itu apa kakak masih nggak ngerti?" Jelasnya marah
"oke oke, jangan marah" Brian mencoba menenangkan sang adik. Si kecil sering bilang bahwa ia sangat suka Minho, Brian tidak tahu jika perasaan suka sang adik ke sahabatnya sebesar ini dan itu sangatlah tidak wajar. Menikah katanya
Tidak sulit mengembalikan mood Jisung seperti semula, kini waktunya Bri memulai praktek siraman rohani pertamanya. Tidak ada mama atau papa di sini, ia berpikir harus mengatasinya sekarang, terlalu lama untuk mengadu kepada kedua orang tua yang cukup sibuk
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestb̷̷o̷̷y̷̷friend | Minsung
FanfictionBukankah aneh jika melakukan hal-hal manis dengan sesama jenis setelah dia mendeklarasikan diri sebagai homofobik? "lo yakin dia homofobik bin?" 25/05/21