Selama perjalanan pulang Minho terhubung dengan Jisung melalui ponselnya
Si manis merengek agar ditemanani karena flat mereka sedang mengalami pemadaman listrik
"hum, meski dia pendek dia bisa masukin bola ke ring kan, Changbin emang keren sih"
Minho memutar bola matanya malas "keren siapa dibanding gue?"
"eung..?"
Minho sudah sampai di depan flat mereka sekarang, sengaja menunggu jawaban Jisung terlebih dulu sebelum mengetuk pintu
"kenapa lo butuh waktu lama banget buat jawab?" jujur tangan Minho pegal memegang ponsel di telinga, belum ia harus menaiki puluhan anak tangga dengan keadaan gelap gulita
Beruntung baterai ponselnya masih banyak sehingga ia bisa menyalakan senter dari sana
"sebenernya gue udah ada jawaban, em tapi lo jangan marah" suara Jisung mengecil di akhir kalimat
Toktoktok
Sepertinya Minho sudah tau apa jawabannya, ia tidak perlu mendengar langsung dari mulut Jisung
"ho, ada yang ngetuk pintu"
Minho menghela napas mendengar suara Jisung yang terdengar seperti ketakutan, bagaimana Minho bisa kesal dengan lelaki menggemaskan yang kini sedang membutuhkannya
"itu gue ji, bukain"
"ahh oke" Jisung bergegas menuju pintu, meski gelap ia sudah hafal dengan jalan yang harus ia lalui
Cklek
Buk
Tanpa bisa ditahan, senyum Minho mengembang saat Jisung memeluknya erat
"lo habis basket kan? Kok tetep wangi" Jisung mengendus leher Minho
"baru tau hm?" Ia mendorong Jisung masuk dengan tubuhnya, kemudian menutup pintu dari belakang
"kemana perginya rasa takut lo tadi?"
"dia pergi setelah gue meluk lo" jawab si manis diiringi kekehan
Tidak ingin ketahuan jika dadanya sedang berdetak tak karuan, ia mendorong bahu Jisung agar melepas pelukannya "bentar ji"
Jisung berdiri di samping Minho yang sedang mematik api untuk menyalakan lilin
Minho menyodorkan lilin yang beralaskan piring kecil "gue udah beli banyak lilin buat lo pakek kalo ada pemadaman lagi"
Jisung mengangguk lucu, rambutnya yang naik turun membuat tangan Minho reflek mengusaknya
Langkah Minho terhenti saat menyadari Jisung tidak masuk ke kamarnya sendiri yang berada tepat di depan kamar Minho "ngapain?"
Jisung yang berdiri di belakang Minho sontak mendongak "gue, nginep kamar lo ya?"
"Ha?" Otak Minho berhenti sesaat "apa artinya gue sama Jiji bakal tidur seranjang"
"ho! Kok bengong?" jari mungilnya melambai-lambai di hadapan Minho
"ehem, katanya udah gatakut lagi? Hm?"
"yaa, ini kan beda, lilin aja gacukup buat ngilangin rasa takut gue" jawab Jisung mengerucutkan bibirnya
"okey, lo boleh tidur di sini"
"yeyy" Jisung tersenyum riang sambil melompat-lompat kecil mengikuti Minho memasuki kamar
"hati-hati, ntar lilinnya jatuh"
***
"kalian ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestb̷̷o̷̷y̷̷friend | Minsung
FanfictionBukankah aneh jika melakukan hal-hal manis dengan sesama jenis setelah dia mendeklarasikan diri sebagai homofobik? "lo yakin dia homofobik bin?" 25/05/21