WARN ~ 3.000 kata
Sudah tiga tahun sejak Minho dan Jisung resmi menjadi sepasang kekasih, waktu yang dihabiskan bersama membuat ikatan diantara keduanya semakin menguat
Jisung telah bekerja sebagai aktuaris di perusahaan asuransi dan investasi ternama, Minho pun juga sudah mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan. Meski jarak antara aperusahaan tempat mereka bekerja cukup jauh mereka tetap tinggal bersama, selama masih dapat dijangkau jarak bukanlah alasan yang dapat membuat mereka tinggal terpisah.
“sayang gimana pekerjaannya?” tanya Minho sesaat setelah Jisung memasuki mobil, ia menjemputnya kali ini
Cup, ritual kecup bibir yang tak pernah absen Jisung lakukan selepas pulang bekerja, “gaada bedanya, kayak biasanya”
Minho ber-oh ria menanggapi sang kekasih, melajukan mobilnya ke arah yang berlawanan dari apartemen tempat mereka tinggal
“Hh~ pengen cuddle sama lo semaleman” rengek Jisung, yang lebih tampan terkekeh gemas
“kita bisa lakuin itu nanti, atau lo mau gue ikut pulang ke rumah lo biar bisa cuddle? sekalian nemenin lo ngomong ke mereka?”
Di akhir pekan yang singkat ini Jisung berencana pulang ke rumah orang tuanya untuk membicarakan soal hubungan dan rencana pernikahannya dengan Minho
“enggak, gue bisa sendiri” jawab Jisung yakin meski dalam hati ia sangat cemas
“yakin nggak mau ditemenin? Suara lo ngomong sebaliknya”
Jisung terkekeh hambar, Minho mengenalnya dengan sangat baik, bahkan dari nada suara saja dia bisa tau. “lo juga harus ngomong ke papa lo kan.” Yakin tidak yakin, diterima atau tidak itu urusan belakang, ia tidak bisa terus menerus merepotkan sang kekasih.
“hm, telefon gue kalo sesuatu yang nggak kita harapin terjadi, kita berjuang bareng-bareng”
Jisung terdiam, ia benar-benar tidak yakin dengan penerimaan fakta tentang dirinya mengingat mamanya sangat berpegang teguh pada norma
Bagaimana jika hubungan ia dan keluarganya berakhir seperti hubungan dia dengan Felix?
***
Sampai di rumah sang mama menyambut Jisung begitu antusias, sejak jaman kuliah putra keduanya ini tidak seperti putra sulung dan bungsunya yang selalu berkunjung saat libur tiba, selalu ada banyak alasan yang membuat putranya tidak bisa pulang. Yah sebenarnya Minho alasan satu-satunya
Jisung hanya bisa memaksakan senyum saat dipeluk sang mama, debaran jantungnya yang tak tenang sangat mengganggu hingga membuatnya susah tersenyum dengan tulus
“tumben kamu pulang?”
“ish harusnya mama nggak tanya gitu, pertanyaan mama bikin Jisung ngerasa bersalah”
Sang mama tertawa “mama tau kamu sibuk, pulang kerja langsung kesini?” tanya mama setelah menyadari Jisung masih mengenakan jas dan tas kantornya
“hm, Jisung langsung kesini tadi, Ji ke atas dulu ma” Jisung berjalan menaiki tangga menuju kamarnya
“tadi siapa yang nganterin? Mama liat kamu turun dari mobil di depan”
“ah, itu Minho ma” jawab si manis
“masih sama Minho? Bukannya kamu bilang tempat kerja kalian jauh ya?”
“hm” Jisung mengedikkan bahu, memilih mempercepat langkahnya
Di atas, bersandar pada pagar pembatas, Felix tengah memperhatikan sang kembaran, “hai bang, tumben pulang? gimana kabarnya?” sapanya
“hai, gue baik” jawab Jisung singkat seraya berlalu menuju kamar, tidak ingin kecanggungan antar ia dan sang adik terus berlanjut
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestb̷̷o̷̷y̷̷friend | Minsung
FanfictionBukankah aneh jika melakukan hal-hal manis dengan sesama jenis setelah dia mendeklarasikan diri sebagai homofobik? "lo yakin dia homofobik bin?" 25/05/21