(3) Daftar ulang

713 84 5
                                    

"kamu belum tau kan ji Felix diterima di sana juga"

"uhuk" Jisung tersedak, pernyataan sang papa sukses membuat senyumnya luntur seketika

"ah.." dengan cepat Jisung mengubah ekspresi wajahnya "wah.. selamat lix, lo keren"

"thanks bang" Yang diberi selamat tersenyum simpul, tau jika kalimat yang si kembaran lontarkan tak tulus datang dari hati

"jadi gimana? kalian tinggal bareng? atau ada rencana lain?" sang mama memberi penawaran

Felix hendak mengangguk tapi dengan cepat Jisung memotong

"anu ma, itu, Jisung udah ada rencarana tinggal bareng Minho" bohong, ia bahkan belum tau apa rencana Minho kedepan

Tersirat raut kecewa di wajah sang mama dan juga Felix

"udahlah ma.. mereka udah gedhe masak mau sama-sama terus" jawab sang papa

Mama Lee mengangguk pasrah "tapi mama lihat akhir-akhir ini kalian nggak seberisik biasanya, apa ada masalah diantara kalian?"

"jadi mama baru sadar sekarang? Baru bertanya sekarang? Sudah hampir satu tahun kita seperti ini, tapi mama gapernah peduli" suara hati Jisung yang ia tahan agar tidak keluar dari mulutnya

"enggak kok ma, Felix sibuk belajar makanya gaada waktu buat main sama abang, yakan bang?"

"eum" Jisung mengangguk

***

Jika Jisung tinggal bersama Minho adik kecilnya tinggal dengan siapa?

Pertanyaan itu terus berputar-putar dipikirannya, sebenci apa pun ia dengan Felix ia tidak akan pernah bisa berhenti peduli dengannya

Ia sudah bertanya pada Minho dan mereka sepakat akan tinggal bersama

"ah iya Abin, kan dia mau di univ xx juga"

Jisung berpamitan hendak ke rumah Changbin kepada sang papa, ada Felix di samping sang papa yang sedang bermanja-manja

Sungguh pemandangan yang mengerikan bagi Jisung, ia menelan ludahnya susah payah dan bergegas keluar rumah

Sampai di tempat tujuan, Jisung menekan bel rumah mewah itu, sungguh mewah

Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuknya "oh den Jisung, nyari den Changbin ya?"

"iya mbak" Jisung mengangguk sopan "biar saya sendiri aja mbak yang cari dia" tawar Jisung tak ingin merepotkan

Pertama-tama ia akan menuju kamar milik Changbin, Jisung yakin sosok babi tengil itu ada di sana

Tok tok tok

"halo bi.. bukain pintunya dong" mencoba mengeluarkan suara semanis mungkin

Terdengar suara benda-benda jatuh dari dalam sebelum sang empunya melongokkan wajah di balik pintu yang dibuka kecil "oh elo ji, sini masuk"

Jisung menganga melihat betapa hancurnya kamar babinya, buku-buku berserakan di mana-mana, namun kasurnya tetap bersih sangat bersih karena guling, bantal, dan selimut tergeletak di lantai

"wow.. lo belajar sekeras ini bi?" Jisung melangkah dengan hati-hati, sebisa mungkin tidak menginjak ilmu yang berserakan di lantai

"yep"

"keren.." mata Jisung berbinar, ini indah menurutnya, betapa kerasnya usaha mereka yang tengah berjuang untuk masuk univ, Jisung juga ingin merasakannya

Jisung duduk di kasur dengan kaki menggangtung

"pfft, kenapa sih? Gapernah berjuang sekeras ini kan lo"

"yaa.. makanya itu gue kagum bi" jawabnya sambil mengayunkan kaki "bi ambilin minum dong, aus, capek habis jalan"

"capek apaan, rumah gang delapan rumah doang"

"delapan rumah doang mata lo, gak liat delapan rumah di lingkungan lo itu gedenya kek apa"

Changbin tertawa dengan suara yang menggelegar memenuhi ruangan "iya iya bawel, gue ambilin nih"

Sembari menunggu Changbin kembali, Jisung melihat-lihat kertas yang berserakan, isinya tak jauh beda dengan apa yang Minho pelajari

"bin lo ketrima gak?"

Yang ditanya menyodorkan gelas kaca berisi air putih

Gulp glup glup..

"ah.." minum saat dalam keadaan haus memang luar biasa "kok diem?"

Changbin yang merebahkan diri di samping Jisung berbalik memunggunginya

"ck, lo kenapa sih?" kesal pertanyaannya tak terjawab, Jisung memukul pantat Changbin

"akh! Sakit ji"

"jangan bilang lo gaketerima?"

Changbin berdecak dan menutup matanya menggunakan punggung tangan

"seriusan?? Jangan bohong!"

"lo pinter tau, bahkan lo kdang lebih unggul dari gue, lo pasti bercanda kan?"

Tak ada sautan

Melihat punggung sahabatnya membuat kedua manik Jisung mulai berkaca-kaca "uh.." ia ikut berbaring dan memeluk perut Changbin dari belakang dan menyandarkan kepalanya di punggung itu

"lo sih, kenapa pilih jurusan yang susah coba" Jisung memukul pelan perut Changbin

Yang dipukul hanya tersenyum, bukannya nenagin malah nyalah-nyalahin pilihannya yang terlalu tinggi, sungguh tak habis pikir

"padahal gue udah bayangin sekampus sama lo. Minho sama Felix aja keterima masak lo enggak?! Hiks bego, bego banget lo, Seo Changbin!"

"lo udah gue anggep kayak abang sendiri, hiks kalo lo gaada di samping gue siapa yang bakal dengerin gue sebaik lo? Hiks"

"abiin.."

"hik, sroot.. lo udah kerja keras banget buat ini sampe kamar lo ancur kayak kandang babi, tapi kenapa..?"

Dilepasnya kaitan tangan kurus di perutnya, ia berbalik dan menatap wajah Jisung yang memerah dan basah oleh air mata

Ia meraih kepala belakang Jisung untuk dibenamkan di dalam dekapan "ssh, gapapa ji.. gue tinggal daftar ulang aja kan biar diterima"

"no.. lo jadi adek tingkat gue dong, dek abin" Jisung terkekeh di tengah tangisnya

"coba pahami kalimat gue, gue tinggal daftar ulang biar diterima"

Jisung mendongak menatap Changbin tepat di mata, sedikit mengernyit tanda ia tak memahami apa yang Changbin katakan

"gue daftar ulang dulu jii, biar diterima"

Jisung yang awalnya mengernyit kini memasang wajah datar

"ihh babi sialan!" Jisung menendang perut sahabatnya itu hingga terjatuh ke lantai, salah siapa telah membuatnya terlihat bodoh

Changbin tertawa puas meski punggungnya terasa remuk

Tanpa diduga tangis Jisung semakin kuat "bego hiks, gue udah berasa kehilangan banget tau gak, guyonan lo galucu"

"hehe maaf ji, lagian kan gue kan gabilang kalo gaketerima"

"tapi kelakuan lo bikin asumsi gue ngarah kesana"

"pfft maaf ji" Changbin hendak memeluk Jisung namun Jisung terlebih dulu memukulinya dengan membabi buta, sungguh tubuh atasnya terasa sakit sekarang

"ah! hey hey stop it ji" ia berusaha menangkap pergelangan Jisung dan menguncinya menjadi satu "lo kalo marah nyeremin kek maung"

"bodo, sebagai gantinya lo harus nurutin permintaan gue"

Sudah Changbin duga bakal begini "apa? Es krim lagi?"

"bukan! Gue gak semurah itu ya"

"dih soksokan, biasanya juga lo minta itu"

"kali ini beda, gue minta lo tinggal sama adek gue pas kuliah nanti"

"hah?" Changbin cengo dengan tampang gantengnya

26/05/21

Bestb̷̷o̷̷y̷̷friend | MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang