Lisa mengerjap cepat mendengar pekikan keras yang sarat akan keterkejutan itu. Untuk sesaat, ia mendadak menyesal karena telah mengatakan kalimat yang seharusnya tidak ia katakan di saat-saat seperti ini. Seharusnya ia sudah bisa menebak bagaimana reaksi kakak-kakaknya.
Ah, tapi sudah terlanjur. Kata-kata yang terlontar sudah tidak bisa Lisa telan kembali.
Gadis tersebut kemudian berdehem, berusaha menutupi kegelisahannya dengan melemparkan tatapan angkuh. "Iya. Kenapa memangnya? Bukankah hal itu sudah biasa dilakukan oleh para remaja seusiaku?"
"Darimana kau belajar hal-hal semacam itu?" tanya Seokjin. Raut wajahnya berubah sangat serius, dan berhasil membuat Lisa bergidik ngeri. Meskipun kakak tertuanya tersebut merupakan tipikal seseorang yang cukup humoris, namun pemuda itu tetap dihormati sepenuhnya oleh para adik-adiknya.
Lisa meneguk saliva dengan kasar. Tapi ia tetap menjawab dengan berani meski sedikit tergagap. "M-memangnya ada pelajaran khusus yang membahas soal teknik dan cara berciuman? Tentu saja aku melakukannya secara alamiah, mengikuti naluriku sebagai seorang gadis!"
"Whoah, anak ini benar-benar, ya." Taehyung menyengir kaku, setengah tak percaya.
"Siapa yang mengizinkanmu melakukan itu?" Yoongi bicara pada Lisa. Kali ini, nada bicaranya jauh lebih dingin dari biasanya.
"Wae? A-apa maksudmu, Oppa?" tanya Lisa. Ia sungguh-sungguh berusaha untuk menutupi rasa takutnya dengan meladeni semua pertanyaan si Abang kendati jantungnya berdegub tidak karuan. "Aku tidak membutuhkan izin dari kalian untuk melakukan hal-hal semacam itu. Ingat? Aku ini sudah berusia tujuh belas tahun. Apa aku juga diwajibkan untuk mengajukan proposal pada kalian setiap kali akan berciuman dengan pacarku?!"
"Iya, kami tahu kalau kau sudah sebesar ini," kata Namjoon. "Tapi itu bukan berarti kau bisa melakukan segala hal seenaknya tanpa sepengetahuan kami."
"Kalian terlalu berlebihan. Aku yang akan merasa malu pada pacarku, jika hendak berciuman saja harus melapor dulu pada kalian!" ucap Lisa. Kali ini, matanya sudah memerah dengan air mata yang menggenang. Ia melanjutkan singkat dengan suara yang bergetar, "Keterlaluan."
Melihat si adik bungsu yang nyaris menangis, membuat semuanya merasa tak tega, terutama Jimin. Tangis Lisa merupakan sebuah titik lemah bagi mereka, sekalipun mereka tahu kalau terkadang Lisa hanya menggunakan trik tersebut untuk merajuk dan berpura-pura saja.
Jimin segera menarik pergelangan tangan Lisa, menyuruhnya untuk kembali duduk, kemudian memeluknya dari sisi samping. "Sstt, sudah-sudah." katanya, menenangkan. "Kami bersikap seperti ini hanya untuk melindungimu, Lisa."
Hoseok yang duduk di kursi sebelah kanan Lisa, ikut mengusap-usap puncak kepala si adik dengan sayang. "Kau harus belajar lebih mengerti, ya? Kau adalah satu-satunya anak perempuan di rumah ini. Mama dan Papa selalu berpesan pada kami untuk merawat dan menjagamu dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess and Seven Heroes | Lizkook✔️
Fanfiction[M] Semua orang berkata bahwa Lalisa adalah gadis yang beruntung karena memiliki enam pahlawan dalam hidupnya ; Seokjin yang menduduki posisi CEO dalam perusahaan, Yoongi si produser musik, Namjoon si dosen muda, Hoseok si pemilik sekolah tari, Jimi...