Tak ada yang bisa membatasi gelora yang tengah meluap-luap dari sepasang muda-mudi, kecuali akal sehat mereka sendiri.
Lisa ingat bagaimana Jungkook mengajaknya berlatih ciuman untuk pertama kali. Saat itu mereka tak memiliki perasaan apa-apa, namun tetap mampu melakukannya. Sekarang ketika mereka sudah menyadari sedalam apa perasaan masing-masing--hebatnya, hasrat yang bergemuruh itu meningkat menjadi berkali-kali lipat.
Ada hangatnya cinta dan manisnya rindu yang ikut bergabung. Namun mengingat kalau mereka masih diburu waktu, maka tidak ada lagi kelembutan selain gerak cepat yang menghujam.
"Hh ... Tae-Hyung dan Jennie-Noona sudah benar-benar pulang, 'kan?" Jungkook masih menghembuskan napas berat ketika melontarkan tanya. Pinggulnya masih digerakkan, melesakkan kejantanannya berkali-kali dari belakang sembari meremas dada kekasihnya.
Memang dasar anak-anak nakal. Di sela-sela waktu sempit yang tersisa, mereka masih menyempatkan diri untuk pergi ke sebuah motel yang berada tak jauh dari lokasi mall dan tergesa-gesa untuk menyatukan tubuh. Tentu saja mereka tak bisa menginap. Mereka harus segera pulang agar tak menimbulkan kecurigaan, bertepatan dengan usainya pemutaran film bioskop yang sebelumnya hanya mereka tonton selama beberapa menit.
Kaki-kaki Lisa sedikit gemetar, menumpu tubuhnya sendiri yang terus mendapatkan serangan menakjubkan. Kuku-kuku jari tangannya menggesek dinding, sementara wajahnya dipalingkan ke sisi kanan untuk menatap sang kekasih.
Gadis itu lantas mengangguk sebisanya, merasa begitu yakin. Apalagi, mereka sudah melihat mobil yang dikendarai Taehyung dan Jennie telah melaju keluar dari area parkir mall. Jadi semestinya memang tak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Aku tidak bermaksud untuk perhitungan denganmu," Lisa menggigit bibir bawah, memegang pipi Jungkook dengan satu tangan. Dadanya masih bergemuruh, penuh dengan luapan gelora. "Tapi jika kau mengingat apa saja yang sudah kuberikan untukmu seperti saat ini, seharusnya kau tahu kalau aku sungguh-sungguh menyukaimu dan bahagia bersamamu."
Jungkook mengecup pundak telanjang Lisa, memeluk gadisnya lebih erat. Disuguhkan dengan kalimat seperti itu, membuatnya cukup tertohok dalam-dalam. Sebenarnya permasalah itu muncul dari dirinya sendiri. Seandainya saja ia bisa mengabaikan ucapan Juyeon dan lebih percaya pada Lisa, maka keresahan pada dirinya tak akan muncul ke permukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess and Seven Heroes | Lizkook✔️
Fanfiction[M] Semua orang berkata bahwa Lalisa adalah gadis yang beruntung karena memiliki enam pahlawan dalam hidupnya ; Seokjin yang menduduki posisi CEO dalam perusahaan, Yoongi si produser musik, Namjoon si dosen muda, Hoseok si pemilik sekolah tari, Jimi...