🍯21

9.1K 1.6K 436
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Okay, okay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Okay, okay. Untuk beberapa alasan, Juyeon sangat menyesal karena bisa-bisanya ia tidak mengontrol laju ucapannya sendiri, atau bahkan sampai tak tahu kalau pemuda yang waktu itu hampir mencekiknya di mall adalah kakak kandung Lisa.

Tapi entah mengapa, tekad Juyeon untuk mendapatkan gadis bermarga Hwang tersebut tak bisa meluruh sepenuhnya. Langkahnya kini seakan telah berbelok menjauhi poros, menjauhi tujuan awal tanpa sebab pasti, yang justru malah mengikatnya sendiri untuk tidak melepaskan Lisa begitu saja.

Juyeon seolah tak gentar oleh ancaman Taehyung. Ia tak peduli kalaupun Taehyung akan menghajarnya sampai babak belur. Yang terpenting adalah, ia bisa mendapatkan Lisa seutuhnya.

Senyum evil Juyeon terukir bersama tungkai kakinya yang melangkah santai. Sesekali bersiul sembari menggenggam ponsel di dalam kantung celana, ia bergerak memasuki area kelas Lisa yang kebetulan sedang sepi karena para murid belum seluruhnya datang.

Lisa mengangkat satu alis melihat kehadiran Juyeon. Sepertinya pemuda Lee itu sedang bahagia. Ekspresinya tampak bersinar, seakan tak peduli pada raut wajah Lisa yang tengah menatap dengan penuh tanda tanya.

"Tumben sekali kekasihmu belum datang. Biasanya kalian selalu bersama seperti panci dan tutupnya." Juyeon membuka suara seraya mendudukkan diri di hadapan Lisa.

Sebenarnya Lisa tak ingin mengotori hatinya dengan menaruh kebencian untuk Juyeon. Tapi, serius. Pemuda ini sangat menyebalkan sekali. "Dia sedang berada di ruang klub basket untuk memeriksa peralatan. Ada apa kau kemari?"

"Ah, begitu." Juyeon mengangguk paham. "Kupikir kalian sudah putus."

Lisa menatap lelah, separuh kesal. Ia mendengus, menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Ia mendadak tak berselera untuk menghabiskan pai apel yang telah disiapkan Seokjin pagi tadi. "Juyeon-ah ... kurasa dengan visualmu yang seperti itu, kau akan dengan mudah mendapatkan seorang gadis. Tapi kenapa kau justru merendahkan dirimu sendiri dengan mengejar seseorang yang sudah dimiliki?"

"Kalau begitu, mungkin kau tidak mengerti apa yang disebut dengan cinta," balas Juyeon, sangat denial. Ia masih menganggap bahwa apa yang ia lakukan ini bukanlah sebuah kesalahan. "Sebanyak apapun gadis yang berada di sekelilingku, tak ada yang bisa membuatku mencintai mereka seperti aku mencintaimu."

Princess and Seven Heroes | Lizkook✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang