Toko roti Levi.
Menjadi tempat nongkrong favorit Gia dan Citra saat SMP dulu. Toko itu milik Mama Citra, tidak terlalu besar, tapi hasilnya cukup untuk menghidupi Citra dan Mamanya. Toko roti ini sangat nyaman untuk dipakai hangout, mengerjakan tugas atau sekedar menikmati susu cokelat hangat. Ditambah dengan keramahan Tante Levi yang membuat orang lama-lama betah berada di sana.
Sore itu, selesai konsultasi dengan dokter Randy, Citra mengajak Gia untuk bertemu di tempat favorit mereka. Kebetulan sekali, ada yang ingin dibicarakan Gia juga pada Citra. Mereka harus saling terbuka.
Hanya Citra yang mengerti Gia. Citra tidak pernah meninggalkan Gia.
"Gimana konsultasinya tadi sama dokter Randy?" tanya Citra sambil memakan roti kismis favoritnya.
Gia menggelang lemah. hatinya hampa dan mati rasa.
Citra tersenyum memaklumi. Dia mengerti keadaan Gia sekarang. Itulah gunanya Citra di sini, sebagai bahunya Gia, sebagai tempat Gia berkeluh kesah. "Makan dulu nih croissant kesukaan lo!" Citra menyodorkan roti kesukaan Gia itu, tetapi Gia masih bergeming. "Cokelat hangat lo juga udah mulai dingin tuh, cepet minum."
"Terima kenyataan," ucap Gia pelan dengan tatapan kosong. "Bisa lo ajarin gue itu, Cit?" sambungnya.
Citra terdiam sejenak, menerima kenyataan bukan suatu hal yang mudah, apalagi perkara ditinggalkan orang yang dicintai. Citra mengenggam tangan Gia, menguatkan sahabatnya itu. "Bisa. Kita berjuang sama-sama buat tutup sedikit demi sedikit lubang luka yang ada di hati lo itu. Tapi gue mohon, jangan Cuma gue yang berjuang, lo juga harus berjuang buat sembuh. Jangan kayak gini lagi, gue rindu Gia yang dulu. "
Gia menghapus air matanya yang tanpa sadar jatuh begitu saja. "Sakit banget rasanya, sesak Cit dada gue. Mama..."
"Udah-udah..." Citra menepuk tangan Gia lembut. "Tante Ayudia pasti sedih lihat lo gini,"
Gia mengangguk. Benar apa yang Citra bilang, Mamanya pasti sedih melihat Gia dalam keterpurukan seperti ini. Gia harus berubah, hidup masih terus berjalan.
"Katanya tadi lo mau ngomong sesuatu, mau ngomong apa?" tanya Citra teringat dengan pembicaraannya dengan Gia di telepon tadi.
Gia menunduk, berat untuk berbicara hal ini Pada Citra.
"Apa Gia?" perasaan Citra mulai tidak enak.
Gia menghela napas sebelum membuka mulutnya, "Gue harus pindah dari kota ini, Cit." ucap Gia.
Seharusnya Gia tidak meninggalkan Citra pada saat itu.
...ooo0ooo...
Sejak kepindahan Gia ke kota ini, Gia belum sempat mengunjungi Tante Levi. Terakhir Gia bertemu Tante Levi saat pemakaman Citra pada saat itu.
Hari ini, Gia berniat untuk datang ke toko roti Tante Levi yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Gia mau menanyakan perihal keluarnya Citra di grup kelas semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away Ghost! [SELESAI]
Teen Fiction(Ghost Series #3) Galen punya satu keistimewaan yang tidak banyak orang tahu. Keistimewaan yang membuatnya menjadi lebih dekat dengan sosok Gia, cewek pindahan yang terkenal karena sering kesurupan. "Kalau gue kesurupan, lo colek gue aja setannya k...