Gia meringis.
Saat ini tangan Gia tengah dikompres air dingin oleh Galen. Kulit tangannya sangat perih dan membengkak. Matanya mulai berkaca-kaca, menahan rasa sakit.
"Sakit, ya?" Galen bertanya tanpa menoleh, fokus memberikan pertolongan pertama pada Gia.
Gia mengangguk lemah.
"Mau ke rumah sakit?" Gia menggeleng. "Kenapa?"
Ringisan kembali meluncur dari bibir Gia, "Kita, kan, mau pergi ke sekolah. Kita udah kelas 12."
"Gak usah sekolah hari ini, kita pergi ke rumah sakit buat berobat." Jawab Galen, lalu melirik arlojinya. "Setengah jam lagi masuk, kita pasti kesiangan."
Mata Gia menangkap sesuatu yang aneh, tangan Galen memerah. Warnanya cukup kontras dengan warna kulit Galen. Gia melepaskan tangannya yang dipegang Galen membuat cowok itu menoleh bingung.
"Belum selesai kompresnya," ucap Galen.
"Tangan kamu ketumpahan air panas, ya?" tanya Gia. Menatap Galen dengan mata berkaca-kaca.
Galen tersenyum kecil. Tangan terlukanya mengelus rambut Gia pelan. "I'm okay."
Gia menarik tangan Galen kembali, menatapnya penuh iba dan rasa bersalah. "Aku minta maaf. Aku nyakitin kamu." Gia berucap lirih. Kaca di matanya pecah, buliran air mata turun membasahi pipinya.
"No, no. Ini bukan salah kamu," Galen menghapus air mata Gia dengan punggung tangannya. "Aku baik-baik saja. Aku serius. Ini Cuma luka kecil, gak sebanding sama luka kamu."
Gia tak berkomentar, menarik tangan Galen, mengompres luka kemerahan itu dengan tangan sedikit bergetar. Membayangkan bagaimana jahatnya dia menumpahkan air panas itu ke tangan Galen. Dadanya sesak.
"Aku, kan, udah bilang, kalau ini bukan salah kamu." Galen menatap wajah Gia dari samping, terlihat mata Gia kembali berkaca-kaca. "Kamu aja gak inget kan gimana kamu numpahin air itu ke tangan aku?" tanya Galen.
Air mata Gia jatuh kembali, dihapusnya cepat. Fokusnya masih pada luka di tangan Galen. Mengabaikan rasa perih dan sakit yang dia rasakan. "Justru itu, aku nyakitin kamu bahkan aku sendiri gak inget kapan nyakitinnya. Kamu bilang bukan aku yang lakuin, tapi tubuh aku yang lakuin pada saat itu. Mau gimana juga itu aku, Len." jelas Gia.
"Tapi itu bukan kamu, jiwa yang ngisi badan kamu waktu itu bukan kamu. Jadi itu bukan kamu." Galen menegaskan.
Gia mengangkat kepala, memandang Galen. "Kita ke rumah sakit, gak usah sekolah hari ini." Ucap Gia.
"Kalau karena aku doang aku gak mau,"
"Enggak. Aku juga. Kita sama-sama sakit sekarang." Balas Gia.
Galen mengangguk, lalu berdiri dari sofa, diekori oleh Gia. Mereka hari ini tidak jadi datang ke sekolah, keduanya sama-sama ke rumah sakit untuk diobati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away Ghost! [SELESAI]
Novela Juvenil(Ghost Series #3) Galen punya satu keistimewaan yang tidak banyak orang tahu. Keistimewaan yang membuatnya menjadi lebih dekat dengan sosok Gia, cewek pindahan yang terkenal karena sering kesurupan. "Kalau gue kesurupan, lo colek gue aja setannya k...