BAB 37 : The Answer

26.6K 4.7K 1.3K
                                    

"DEMI APA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"DEMI APA!"

Gia mengangguk di depan layar ponselnya yang sedang videocall dengan Berlin dan Mika. Gia menggigit kuku jempolnya gelisah.

"Gue harus gimana?!" Gia bertanya putus asa, menyesal dengan balasannya tadi.

Mika ikut merasa gugup di tempatnya, "Terus-terus, si Galen mau ke rumah lo gitu sekarang?"

"Enggak sih. Tadinya dia mau ke rumah, cuma gue bilang ketemuan di cafe deket-deket rumah gue aja."

Berlin menutup mulutnya tak percaya. "Anjir ini si Galen kesambet apaan sih? Tiba-tiba banget gini. Lo yang diajak keluar, gue yang deg-degan!"

"Lo aja deg-degan, apalagi gue, Lin!" balas Gia sambil mondar-mandir di dalam kamarnya.

"Lo tenang dulu, rileks..." ujar Mika menangkan. Gia mengangguk, lalu menarik napasnya dalam. "Sekarang lo ganti baju dulu sana siap-siap. Kita matiin VC-nya. Lo cepet pergi sana, takutnya dia nungguin."

"Please dong waktu gue ketemu sama Galen, gue teleponan sama kalian, ya? Gue pake earphone kok!" rengek Gia, benar-benar gugup.

"Jadi maksud lo kita dengerin omongan kalian berdua gitu?" jelas Berlin.

Gia mengangguk.

"Ya, kali! Gila kali kita jadi kambing conge!" seru Mika.

Gia memberegut, "Please... gue takut gak bisa ngomong apa-apa nanti. Kan, enak kalau ada kalian, bisa kasih saran ke gue. Ya, ya?"

"Yaudah, deh!" Mika dan Berlin menyaut bersamaan.

Gia jingkrak-jingkrak di tempat. Puas dengan euforianya, gadis itu cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian.

...ooo0ooo...

Di perjalanan menuju cafe, di atas ojek online yang Gia naiki saat ini, Gia tidak berhenti menenangkan dirinya yang benar-benar dilanda gugup. Tangannya dingin, bukan karena cuaca dingin malam ini, tetapi karena gugupnya yang berlebihan. Jantungnya berdebar-debar. Tangannya yang dingin memeluk buku novel Galen dengan kuat.

Tenang, tenang. Ini cuma pertemuan biasa. Ini bukan apa-apa. Santai...

"Mbak, sudah sampai." Ucap abang ojek membuyarkan lamunan Gia.

Gia tersentak, lalu menoleh ke kanan-kiri melihat sekitar, dan benar saja ini sudah sampai di cafe yang Gia janjikan dengan Galen.

"Bisa muter sekali lagi gak?" Gia bertanya membuat si abang ojek menautkan alisnya bingung.

"Tapi saya mau order yang lain lagi, Mbak. Lagi rame soalnya, malam sabtu,"

Ah, iya! Gia bergegas turun dari motor sambil memberikan uang dan helm. "Makasih, ya, Bang. Maaf permintan aneh tadi lupain aja." Gia nyengir.

Go Away Ghost! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang