BAB 38 : Gak Bisa Tidur

26K 4.1K 300
                                    

"TERUS LO JAWAB APA?!!!" Mika berteriak di seberang sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TERUS LO JAWAB APA?!!!" Mika berteriak di seberang sana.

Gia senyum-senyum tidak jelas sebelum menjawabnya, masih terbayang sekali bagaimana kejadian itu terjadi tadi di cafe. Tatapannya, senyumnya, bahkan wangi parfum yang dipakainya pun Gia masih ingat.

"Gue melotot kaget. Bukan kaget lagi gue, rasanya mau copot jantung gue!" Gia membenarkan posisi masker wajahnya yang sedikit berantakan karena dari tadi dia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya lewat senyuman. "Terus gue ngangguk sambil senyum. Sumpah gue deg-degan banget soalnya!"

Berlin yang sedang ada di kamarnya, menghentakkan kaki gemas. "SUMPAH SESAK NAPAS GUE DENGERNYA!" Mika mengangguk mengiakan. "KEK GAK PERCAYA BANGET ANJIR SI GALEN BISA GITU!"

"IYA WOY SUMPAH!!!" Mika berteriak lagi. Tak lama dia menggerutu kesal karena ditegur oleh Miko. "Berisik lu! Sana pergi!" Ujar Mika pada Miko yang sepertinya datang ke kamar Mika untuk marah-marah. Gia dan Berlin hanya ketawa-ketawa di depan ponselnya masing-masing.

"Lo jangan berisik makannya, Ka." Timpal Gia.

Mika kembali memfokuskan dirinya pada videocall di ponsel, "Tau tuh, risih banget punya kakak." Gerutu Mika.

"Malahan gue pengen punya kakak, Ka." Berlin menambahkan. Berlin kerap kali bercerita kalau dia kesepian di rumah karena tidak mempunyai saudara.

"Buat lo aja sih ini si Miko. Gue kalau lihat dia bawaannya pengen ruqiyah mulu!"

Berlin dan Gia spontan tertawa. Dari ekspresi Mika sih sudah kelihatan bahwa dia memang kesal dengan kelakuan Miko. Ya, mau bagaimana pun, Miko tetap kembarannya.

"Eh, eh, Ya, terus si Galen anter lo pulang dong?" tanya Berlin teringat tujuan utama Gia mem-videocall mereka untuk bercerita soal Galen dan Gia yang baru saja jadian.

"Iya. Tahu gak sih, gue sampe gak berani nantap dia waktu di mobil. Kayak diem aja gitu gue, kayak orang bisu. Dan si Galen juga sama diem aja." Gia bercerita.

Mika tertawa, "Ah, elah pacaran apaan diem-dieman gitu!"

"Maklum, Ka. Mereka butuh penyesuaian." Gia mengangguk setuju. "Ini pacar pertama lo, Ya?"

"Iya." Jawab Gia.

"Sebelumnya udah pernah suka sama cowok? Atau Galen first love lo?"

"Gue pernah suka sama cowok waktu SMP, tapi sebentar doang sih, gue-nya keburu pindah sekolah."

Mika dan Berlin mengangguk. "BTW, congrats ya! Gak nyangka gue lo duluan yang punya doi," ucap Mika. Hubungannya dengan Jovan masih terombang-ambing tidak jelas. Jovan tidak kunjung mengajak Mika pacaran, padahal Mika sudah siap jawab 'iya' kalau ditembak.

"Iya. Gue kira lo duluan, Ka." Ejek Berlin. "Apaan banget dah si Jovan deketin iya, tapi kagak ngajakin jadian."

Mika mendengus. "Sialan emang!"

Go Away Ghost! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang