Restoran langganan Gia dan Mamanya, lokasinya berada di pinggir kota dekat dengan SMP tempat Gia bersekolah. Restoran itu menjual berbagai macam makanan, tetapi kwetiaw spesial menjadi favorit Gia dan Mamanya. Rasanya enak sekali, gurih, manis dan asam yang berasal dari capcainya, menyatu begitu padu di lidah. Harganya pun murah, hanya 13 ribu rupiah.
Setiap kali pengunjung yang datang ke sana, aku diberi sebuah kupon yang jika dikumpulkan hingga sepuluh buah, maka saat menukarkannya akan mendapatkan dua porsi makanan favorit kita.
Gia yang mendengarnya saat itu merasa senang sekali, hingga akhirnya dia dan Mamanya sering datang ke sana setidaknya seminggu sekali atau dua kali.
"Mah, kita sering-sering datang ke sana, asik banget soalnya dapet kupon!" Sambil menggendeng Mamanya Gia berujar dengan semangat.
Mama Gia mencubit hidung mancung Gia pelan, "Boleh-boleh. Tapi jangan terlalu sering ya, soalnya sesuatu yang berlebihan itu gak baik."
"Oh, gitu ya, Mah?" Mamanya mengangguk. "Kalau gitu kita ke sana seminggu sekali aja, gimana?" Tanya Gia.
"Setuju dong!" Mama Gia mengelus puncuk kepala Gia dengan penuh kasih sayang.
Kenangan indah itu, seperti baru saja terjadi kemarin. Saat itu Gia masih menginjak kelas 1 SMP. Masa-masa itu Mamanya masih sehat, belum sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal dunia.
Terulangnya kembali ingatan itu, Gia harap ini bukan hanya sekedar bunga tidurnya. Gia berharap ini nyata. Gia benar-benar bertemu dengan Mamanya yang paling Gia cintai.
Tetapi, harapan Gia musnah. Suara ketukan pintu menariknya kembali ke dalam realita.
Gia terpaksa membuka matanya, lalu mengerjap memfokuskan penglihatannya.
Ini bukan kamarnya. Itu hal pertama yang ada di benak Gia.
Lalu di mana dirinya sekarang?
"Gia, Tante boleh masuk?" Suara lembut khas keibuan itu menyapa pendengaran Gia pagi ini, tetapi Gia merasa asing dengan suaranya. "Tante masuk, ya."
Pintu terbuka, sosok wanita paruh baya tersenyum ke arahnya dengan lembut.
Gia semakin rindu Mamanya.
"Udah baikkan, nak?" Wanita itu duduk di tepi ranjang, mengambil termometer di dalam nakas, lalu mengecek suhu badan Gia.
Gia bergeming, dia tidak menunjukkan penolakan atau memperlihatkan rasa risih sedikit pun. Sudah lama sekali Gia tidak merasakan kasih sayang seorang ibu yang seperti ini.
"Udah normal, syukur kalau gitu." Ilona menaruh termometer itu kembali ke tempatnya, kemudian menatap Gia dengan senyum hangat. "Bingung ya, siapa tante?"
Gia mengangguk kaku.
"Tante namanya Ilona, Mamanya Galen. Sekarang kamu ada di kamar adiknya Galen, Nadine." Jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away Ghost! [SELESAI]
Dla nastolatków(Ghost Series #3) Galen punya satu keistimewaan yang tidak banyak orang tahu. Keistimewaan yang membuatnya menjadi lebih dekat dengan sosok Gia, cewek pindahan yang terkenal karena sering kesurupan. "Kalau gue kesurupan, lo colek gue aja setannya k...