BAB 43 : Can I?

26.5K 4.2K 224
                                    

"Tangannya lebih diangkat!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tangannya lebih diangkat!"

Keenam orang itu langsung menurut, mengangkat tangannya lebih tinggi ke udara. Mengabaikan tatapan-tatapan orang yang berlalu lalang di depan kelas mereka. Penampilan acak-acakkan mereka pun tak luput dari pandangan orang lain.

"Kalian boleh masuk ke kelas lagi setelah bel istirahat berbunyi!" Miss Anna menambahkan.

"Baik, Miss." Jawab mereka berbarengan.

Miss Anna melenggang pergi, meninggalkan keenam remaja yang baru saja naik ke kelas 12 itu.

Mika menyikut kaki Gia menggunakan kakinya, lalu nyengir. "Rambut lo udah kayak singa!" Ejeknya.

"Lo juga!" Gia terkekeh, kemudian meringis ketika merasa nyut-nyutan di telapak tangannya. "Tangan gue sakit banget buset,"

"Gimana gak sakit, lo narik rambut Zeline keras banget! Lo dendam, kan, sebenarnya?" Berlin menambahkan.

Gia tertawa pelan, beberapa detik kemudian tawanya hilang saat Zeline mendelik tajam. "Idih!"

"Leher lo kena cakar tuh!" Tunjuk Berlin pada leher Mika yang terkena luka cakaran.

Mika berdecak kesal, "Iya, nih, si Sahira diem-diem gitu kukunya udah kayak kunti!"

Zeline membalas, "Heh! Sahira kena cakar juga, ya! Liat idungnya tuh ada luka cakar!"

Gia, Mika, dan Berlin melirik Sahira sebentar, benar saja ada luka cakaran di hidung Sahira.

"Cakaran gue tuh!" Balas Berlin enteng. Kedua sahabatnya lantas tertawa pelan. "Impas, ya, kita!"

"Impas, impas, mata lo!" Davina menyahut jengkel.

Mika, Gia, dan Berlin tak mengomentari lagi. Lebih baik mencukupinya saja, daripada harus bertengkar lagi, kan?

Lengan mereka mulai terasa pegal, sedangkan jam istirahat tersisa 20 menit lagi. Selain hukuman ini, mereka juga mendapatkan pengurangan poin.

"Wow, wow! Lihat temen sekelas kita ini kawan! Harus difoto nih, terus kirim ke grup!" Mars berujar heboh. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu memfoto teman-teman sekelasnya yang sedang dihukum itu.

Jovan terkekeh, terutama saat melihat rambut singa Mika. "Ka, rambut lo lucu!"

Mika berdesis, tetapi sebenarnya senang diledek begitu oleh Jovan.

"Ya, lo udah tanya ke Nadine belum?" Tanya Jovan yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Gia. "Terus kapan mau tanya? Lo punya nomor handphone-nya gak?"

"Pulang sekolah kayaknya. Lo punya gak? Kalau punya kirim ke gue, Van."

"Oke!"

...ooo0ooo...

"Kak Gia! Di sini!"

Gia tersenyum manis begitu melihat keberadaan Nadine di parkiran sekolah, sebelumnya mereka sudah saling mengirim pesan untuk bertemu di parkiran sepulang sekolah.

Go Away Ghost! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang