BAB 22 : Rasa Suka

28K 3.9K 572
                                    

"Mama gak habis pikir, ya, sama kamu Bagas," wanita berpakaian rapih itu melipat tangannya di dada, menatap tajam anak laki-lakinya yang kini tengah belajar dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama gak habis pikir, ya, sama kamu Bagas," wanita berpakaian rapih itu melipat tangannya di dada, menatap tajam anak laki-lakinya yang kini tengah belajar dengan tenang. "Untuk apa kamu melakukan hal seperti itu? Mau bikin nama Mama buruk? Mau bikin nama sekolah jelek?!"

Wanita itu berjalan mendekat, lalu menutup buku yang sedang Bagas baca. Bagas mendonggak, menatap Mamanya di balik kaca matanya.

"Kamu kenapa, Bagas? Kenapa kamu melakukan itu?" tanyanya lagi.

"Mama yang kenapa. Kenapa Mama jadi kayak orang hilang akal gini setelah cerai sama Papa?" jawab Bagas tenang.

"Kamu jangan bawa-bawa masalah itu lagi, ya! Mama gak suka!" suaranya naik satu oktaf, kesabarannya hilang sudah jika membahas hal itu.

Bagas berdecih pelan.

"Kamu tahu sendiri kalau Mama berusaha keras untuk menjaga nama sekolah tetap bagus, tapi semua itu hancur sama anak Mama sendiri! Sekarang masyarakat luas jadi memandang jelek SMA Harmoni hanya karena satu kematian muridnya di toilet sekolah! Mama sudah berusaha buat tutupin ini semua, tapi kenapa kamu bongkar ini?" ujar wanita itu naik pitam.

Bagas berdiri dari kursinya. Berdiam lama-lama di sini membuatnya muak. "Mau gimana pun Mama tutupin kasus ini, semuanya pasti bakalan kebongkar suatu saat nanti, Mah! Ada api, udah pasti ada asapnya! Dan Mama, gak bisa sembunyiin asap itu selamanya!" Bagas meninggalkan kamarnya lalu menutup pintu hingga terdengar bunyi yang cukup keras.

"Bagas, Mama belum selesai bicara!"

Bagas mengabaikan ucapan Mamanya dan terus berjalan menuju halaman belakang untuk menangkan diri. Entah sejak kapan Bagas menjadi anak pembangkang seperti ini, mungkin saat Mamanya berubah juga karena masalah perceraiannya. Seharusnya Mamanya ingat, jika korban sesungguhnya dari percaraian mereka adalah Bagas dan Kakaknya, Jasmine.

Langkahnya terhenti di ruang keluarga. Ditatapnya marah foto Bagas dan Mamanya yang tergantung di dinding. Bagas beralih melihat serifikat penghargaan yang dipajang di nakas, sertifikat penghargaan sebagai kepala sekolah terbaik di kota. Itu milik Mamanya.

Bagas berdecih, "Kepala sekolah terbaik apaan!" ujarnya lalu melenggang pergi ke taman belakang.

...ooo0ooo...

ooo0ooo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Go Away Ghost! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang