"Bagaimana dengan sekolah kamu, Zeline?" Papa Zeline bertanya. Pria paruh baya berjas rapi itu melirik sekilas putri satu-satunya itu, lalu menatap makanannya kembali.
Zeline yang belum siap menerima pertanyaan, mengambil air minumnya kemudian meneguknya hingga tersisa setengahnya. "Ba-baik, Pah..." jawabnya pelan.
Papa Zeline mengangkat alis, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan putrinya itu. "Kamu tidak membuat masalah lagi, kan?" jantung Zeline berdebar mendengar itu. "Kamu dan teman-teman kamu itu tidak membuat masalah lagi, kan?" tanyanya lagi.
Gadis itu menggeleng cepat. Apakah ekspresinya terlalu ketara?
Pria itu menaruh sendoknya cukup keras, membuat Zeline dan Mamanya terkesiap. Pria itu akan seribu kali lipat terlihat lebih seram ketika marah. Tangan Zeline sudah berkeringat dingin di bawah meja makan, kakinya juga sudah bergetar.
"Jika kamu membuat masalah lagi, Papa dan Mama tidak mau mengurusnya lagi." Ucap pria itu dingin.
"Mas," Mama Zeline mengusap lengan suaminya lembut. "Jangan terlalu keras sama Zeline."
Papa Zeline menghela napasnya panjang. Kaca mata minusnya dilepas sedikit kasar. "Apa yang kamu lakukan di sekolah? Kamu buat masalah lagi, kan?"
Tangan Zeline semakin dingin, kakinya bergetar ketakutan. "A-aku gak buat masalah kok Pah!"
"ZELINE!" bentak pria itu suaranya menggema di ruang makan keluarga Alexander yang megah itu. Zeline semakin ketakutan. Mama Zeline tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika suaminya sudah marah seperti ini. "Katakan," sambungnya dengan oktaf yang lebih rendah dari tadi.
Zeline menunduk, "I-itu pah... Papa tau kan masalah siswi SMA Harmoni yang bunuh diri itu?"
"Jangan bilang kamu-"
"Enggak, pah! Aku gak bunuh dia!" potong Zeline tak mau disalahkan. "Tapi aku dulu sempat bully dia di sekolah. Itu aja kok pah, aku gak boong!"
Papanya membuang napasnya kasar. Tangannya mengepal keras hingga buku-buku jarinya terlihat memutih. Pria itu berdiri dari kursinya dengan raut wajah marah, jelas.
"Memalukan!" ucapnya dingin dan menusuk. Pria paruh baya itu meninggalkan ruang makan dengan emosi yang sudah memuncak.
Mama Zeline yang sedari tadi diam mengelus lengan anaknya pelan, "Papa kamu pasti akan datang ke sekolah buat beresin masalah ini, sayang. Kamu tenang aja. Belajar yang benar, ya." Ucap Mamanya lembut.
Zeline mengangguk. Tetapi tetap saja, di dalam hatinya masih saja ada rasa takut yang terus menghantuinya selama ini.
...ooo0ooo...
Suasana kantin di jam istirahat siang ini cukup padat, layaknya kantin-kantin sekolah lain, terlihat sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away Ghost! [SELESAI]
Teen Fiction(Ghost Series #3) Galen punya satu keistimewaan yang tidak banyak orang tahu. Keistimewaan yang membuatnya menjadi lebih dekat dengan sosok Gia, cewek pindahan yang terkenal karena sering kesurupan. "Kalau gue kesurupan, lo colek gue aja setannya k...