BAB 41 : Terluka

25.2K 4K 61
                                    

Galen :Aku di ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galen :
Aku di ruang tamu.

Membaca pesan yang baru saja masuk dari Galen, mempercepat gerakkan Gia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Gia hanya takut, Galen canggung berbicara dengan Mama tirinya di bawah. Apalagi ini pertama kalinya Galen bertemu langsung dengan Mamanya.

Gia menutup pintu kamarnya, melangkah sedikit ke arah pagar dekat tangga untuk melihat keadaan di ruang tamu. Gia menghembuskan napas lega, melihat Galen duduk sendirian di sana tanpa ada Mamanya atau Queensha. Sepertinya Mamanya baru saja pergi ke luar dan Queensha masih ada di dalam kamarnya.

"Len!" Panggil Gia di lantai dua membuat Galen mendongak.

Sudut bibir Galen terangkat lembut. Tangannya terangkat, menyapa Gia.

Gadis itu bergegas menuruni tangga dengan senyum yang tercetak jelas di wajahnya.

"Hati-hati, hey!" Tegur Galen. Gia nyengir begitu sampai di bawah.

"Udah sarapan?" Tanya Gia, yang langsung diangguki Galen. "Aku belum nih. Tunggu sebentar ya, aku mau ambil roti dulu di meja makan terus abis itu kita cuss ke sekolah!" Ujarnya sambil memegangi perutnya yang kelaparan.

"Makan aja dulu sana," Galen melirik arlojinya, waktu masih menunjukkan pukul 06.45, masih banyak waktu yang tersisa sampai bel masuk berbunyi pukul delapan nanti. "Aku tungguin di sini."

"Gak mau ikut makan aja?"

Galen menggeleng pelan, "Udah kenyang."

"Yaudah kalau gitu. Tunggu, ya!" Gia berjalan ke arah dapur untuk sarapan, sedangkan Galen kembali duduk di kursi ruang tamu sambil memainkan ponselnya.

Tak lama, terdengar suara ketukan sepatu menuruni tangga. Galen kembali mengangkat kepala. Dia tak bereaksi apa-apa sebelum menunjukkan senyum kecil pada Queensha.

Queensha membalas singkat senyuman Galen. Langkahnya berjalan menuju dapur menyusul Gia.

Apa hubungan Gia dan Queensha sebegitu tidak baiknya?

Gia baru cerita masalah saudara tirinya akhir-akhir ini pada Galen. Kata Gia, hubungan persaudaraan mereka tidak terlalu baik. Bisa dihitung jari dalam seminggu Gia berbicara dengan Queensha. Saking tidak akurnya. Di sekolah saja mereka seperti orang tidak kenal.

Dret... dret....dret...

Panggilan telepon dari Jovan baru saja masuk. Galen mengangkatnya sambil berjalan ke luar rumah.

"Kenapa?" Tanya Galen to the point.

"Eh, bro, bola basket gue ada di lo gak sih? Kayaknya ketinggalan waktu main ke rumah lo minggu kemarin,"

"Ada di gue."

Jovan mengucap syukur di seberang sana. "Syukur deh kalau gitu. Bola kesayangan gue itu!"

Go Away Ghost! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang