Jari-jari Galen menyentuh ujung buku-buku yang telah tersusun rapi di rak buku yang tingginya hampir 2 meter. Matanya menelisik seisi ruangan, lalu tatapannya jatuh pada sebuah piagam penghargaan yang di pajang di dinding kamar.
Juara 1 Hacker Nasional
"Tumben lo dateng ke sini?" tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi, orang itu lalu duduk di kursi meja belajar. "Ada apa nih?" tanyanya lagi.
Galen duduk di karpet bulu yang ada di samping ranjang tidur, mengambil stick PS yang tergelatak di atas karpet. "Mau bantu gue?" tanya Galen, matanya fokus bermain PS.
"Bantu apa, nih?" tanya orang itu seraya membuka sebuah buku pelajaran.
"Mancing," ujar Galen.
Orang itu tertawa keras, "Kagak bisa mancing gue. Ajak bokap lu aja sono!"
Galen menyungging senyum kecil. "Mancing sesuatu yang menarik. Mancing sesuatu yang terus sembunyi." Jelasnya bertepatan dengan kemenagan game yang sedang dia mainkan.
Orang itu melepas kaca matanya yang sesekali dia pakai itu, berpikir sejenak maksud dari ucapan Galen barusan. "Someone?"
"Ya." Galen meninggalkan stick PS-nya, kemudian menatap temannya yang juga sedang menatapnya. "Bantu gue buat dapetin rekaman CCTV hari kejadian dimana Citra meninggal, bisa?"
"Of course. But, for what?"
Hening beberapa detik. Denting jam terdengar menggema memenuhi seisi ruangan.
"Arwah Citra masih ada di sekolah kita. Sepertinya ada sesuatu hal yang buat dia masih ada di sana. Gue rasa, ini berhubungan dengan kematian dia yang misterius itu." Jelas Galen.
Arwah Citra memang tidak sering menunjukan dirinya di hadapan Galen, namun Galen pernah melihatnya beberapa kali. Terlebih di kamar mandi perempuan lantai 3, tempat gadis itu meninggal. Galen sering mencoba untuk mencari arwah Citra, menanyakan sebenarnya apa yang terjadi hari itu. Apakah Citra dibunuh atau tidak. Tetapi semakin Galen mencari, semakin sulit untuk Galen bertemu Citra.
"Oke. Gue bakalan bantu." Putus laki-laki berbaju abu-abu itu.
"Mama lo gimana? Mungkin ini akan berlawanan dengan nyokap lo."
Laki-laki itu menghela napasnya berat, kedua bahunya angkat acuh. "I'ts okay. Lagian suatu saat nanti hal ini bakalan kebongkar juga, kan?" ujarnya dengan senyum kecil.
Galen mengangguk mengiyakan.
"Thanks, Gas."
...ooo0ooo...
"Galen! Tunggu!"
Gadis dengan tas biru langitnya itu berlari menghampiri Galen yang hendak naik bus. Galen menoleh sebentar, lalu masuk ke dalam bus yang lantas diekori oleh Gia.
Gia mengatur napasnya yang ngos-ngosan setelah duduk di bangku paling belakang bersama Galen. "Len, lo, kan yang buat keributan tadi waktu abis pensi?" tanya Gia to the point.
"Kata siapa?" balas Galen santai.
"Kata gue."
"Buktinya apa?" dikeluarkannya earphone putih dari dalam tas, lalu dipasangkan dikedua telinganya.
"Gak ada bukti sih, Cuma tadi lo ngapain senyum-senyum kayak orang puas sama sesuatu gitu tadi? Bukannya naik ke atas panggung, malah senyum-senyum di bawah. Lo, kan?" tanya Gia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away Ghost! [SELESAI]
Teenfikce(Ghost Series #3) Galen punya satu keistimewaan yang tidak banyak orang tahu. Keistimewaan yang membuatnya menjadi lebih dekat dengan sosok Gia, cewek pindahan yang terkenal karena sering kesurupan. "Kalau gue kesurupan, lo colek gue aja setannya k...