"Lo ternyata?"
Gia mengambil ponsel Galen paksa, membaca nama yang tertera di atas layar.
Nadine is calling...
Gia mengangkat alis, lalu mematikan sambungan telepon di ponselnya. Namun sambungan telepon di ponsel Galen masih terus berbunyi. "Nadine siapa?"
Galen berdiri, merebut ponselnya yang ada di genggam Gia cepat. "Lo yang siapa, main rebut hp orang aja." desis Galen kemudian berjalan keluar ruangan sambil mengangkat telepon.
Gadis itu membeku di tempat. Jadi dia salah orang? Dengan frustasi Gia menarik rambutnya seraya mencak-mencak tidak jelas. Mau ditaruh dimana muka Gia?!
"Kalian kenapa sih?" tanya Mika yang sedari tadi menyaksikan langsung interaksi Gia dan Galen yang sempat memanas. "Lo napa rebut hp Galen gitu? Si Ga--"
Gia mengangkat tangannya agar Mika berhenti berbicara masalah barusan. Dia terlalu malu untuk membicarakannya lagi.
"Kenapa sih?" tanya Mika masih kebingungan.
"AAAA MALUUU!!" teriak Gia sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Semua orang menatap kearahnya, tetapi Gia tidak peduli. Lebih malu jika bertemu Galen nanti.
"Shit! Gue yang malu!" desis Mika.
Keadaan tiba-tiba hening begitu guru pembimbing masuk ke dalam ruangan dengan beberapa murid termasuk Zeline dan kawan-kawan yang tersenyum remeh kepadanya.
Gia tak mau kalah. Gadis itu balas tersenyum remeh pada mereka sambil mendelik tajam.
"Stress!"
...ooo0ooo...
Galen merasa tubuhnya sedang tidak baik-baik saja. Kepalanya sedikit pusing, badannya lemas dan suhu tubuhnya sedikit meningkat.
Ini pasti efek magic hand-nya.
Jika Galen berhadapan dengan hantu yang mempunyai dendam dan aura yang hitam pekat, Galen sering sakit seperti ini.
Masih ingat, kan, dengan hantu yang merasuki Gia tadi pagi? Hantu yang mencekik lehernya hingga meninggalkan luka. Dendam yang teramat besar sering menyakiti Galen.
Dan rahasia ini, hanya Nadine yang tahu. Kedua orang tua Galen tidak mengetahui efek yang ditimbulkan dari kelebihannya ini. Mereka hanya mengetahui Galen memiliki keistimewaan saja tanpa tahu efek yang sering Galen rasakan sesudahnya.
"Kamu tunggu di sana sebentar ya, Mama mau ke ruangan Papa kamu sebentar." Mama Ilona menunjuk kursi panjang yang berada di lobi rumah sakit. Galen segera berjalan kearah sana tanpa pikir panjang, tubuhnya lemas.
Baru beberapa langkah berjalan, seseorang menepuk pundaknya membuat Galen lantas menoleh seraya membuka penutup hoodie-nya.
"Galen?" orang itu memastikan, pasalnya ini sudah ketiga kalinya dia memanggil nama Galen namun cowok itu tidak menoleh terus. "Lo sakit?" tanyanya.
Galen menatap Gia yang tampak beda ketika tidak memakai baju sekolah. Gadis itu menggunakan kaos putih dan celana jeans berwarna biru, dia juga menggunakan topi berwarna putih dengan rambut yang dibiarkan tergerai.
"Sakit apa, Len?" Gia bertanya lagi. Alisnya bertaut bingung dengan Galen yang diam terus.
"Demam." jawabnya singkat.
Gia mengangguk mengerti, kemudian bertanya lagi. "Sendirian ke sini?"
"Sama nyokap."
"Mana? Kok gak ada?" Gia celingak-celinguk mencari keberadaan Mama Galen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away Ghost! [SELESAI]
Fiksi Remaja(Ghost Series #3) Galen punya satu keistimewaan yang tidak banyak orang tahu. Keistimewaan yang membuatnya menjadi lebih dekat dengan sosok Gia, cewek pindahan yang terkenal karena sering kesurupan. "Kalau gue kesurupan, lo colek gue aja setannya k...