BAB 27 : Rumah Mika

25.7K 3.9K 145
                                    

ooo0ooo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...ooo0ooo...


Rumah Mika luar biasa besar!

Bangunan 3 lantai ini tampak mewah dilihat di luar maupun dalamnya. Saat tadi Gia, Mika dan Berlin baru sampai di depan rumah Mika, beberapa kali Gia berdecak kagum dengan rumah Mika yang terlihat elegan dan mewah. Kekaguman itu semakin menjadi ketika Gia masuk ke dalam rumah itu. Lantai marmer yang begitu mengkilap serta perabotan-perabotan mewah menghiasi seisi rumah dengan indahnya.

Gia tidak menyangka Mika sesultan ini!

"Rumah lo gede banget!" ujar Gia begitu masuk ke dalam kamar Mika yang berada di lantai 3. "Bisa kali ini dua kali lipatnya dari rumah gue."

"Eh, lo belum tahu aja rumahnya si Berlin noh! Udah kek istana rumah dia!" balas Mika menunjuk Berlin dengan dagunya.

Gia menoleh pada Berlin yang sedang asik main ponsel di ranjang Mika, "Emang, iya? Lo emang sultan banget, Lin?"

"Orang-orang sih bilangnya gitu," balas Berlin acuh.

"Jangan-jangan di Harmoni anak sultan semua, ya? Kecuali gue?"

Mika yang baru saja selesai cuci muka membalas, "Enggak juga. Tapi sih, emang kebanyakan dari orang punya."

Berlin bangkit dari kegiatan bermain ponselnya, lalu mendekati teman-temannya, siap mengibah. "Sini-sini deh, gue punya rahasia tahu. Tapi lu-lu pada jangan pada bocor ya itu mulut!" ancam Berlin.

Mika dan Gia mengangguk bersamaan.

"Gue tahu ini gak sengaja denger dari bokap gue waktu itu. Katanya, Harmoni punya emaknya Bagas!" pungkas Berlin berhasil membuat kedua temannya melotot kaget.

"Bagas ketua kelas kita?" tanya Gia memastikan.

Berlin mengangguk cepat, "Emaknya itu Miss Susan!"

Lagi, kedua mata Gia dan Mika melotot besar saking kagetnya.

"ANJIR SERIUS?!"

"IYA!"

"Wah gila banget!" Mika tepuk tangan tak percaya, kemudian mendaratkan bokongnya di tepi ranjang. "Dipikir-pikir si Bagas emang misterius sih. Satu sekolah kayaknya gak ada yang tahu dia anak kepsek bahkan anak yang punya yayasan,"

"Kayaknya si Galen tahu deh, soalnya mereka temenan dari SMP." Balas Berlin. Gia mengangguk setuju, Bagas pernah mengatakan hal itu padanya dulu.

Sekelibat ingatan baru saja muncul di kepala Gia. Teringat saat acara pensi saat itu, senyuman kemenagan misterius Galen dan tidak adanya Bagas di panggung. Apa mereka di balik kekacauan selama ini? Tetapi jika Bagas mengacaukan sekolah yang notabene-nya sekolah itu milik ibunya, itu berarti Bagas melawan kedamaian yang selama ini orang tuanya bangun?

Go Away Ghost! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang