Tante Levi selesai menabur bunga-bunga itu di atas makam Citra, lalu menoleh pada Gia yang sedari tadi menatap sendu nisan bertuliskan nama Citra Saviera. Dielusnya punggung Gia pelan.
"Udah jangan terlalu larut sedihnya. Citra tenang di sana. Kalau kamu sedih dia juga ikut sedih nanti."
Gia tersenyum tipis. "Gia cuman kangen aja sama dia, Tan. Ketawanya, bercandaannya, nangisnya, semuanya pokoknya Gia kangen. Citra sahabat terbaik aku, yang selalu ada buat aku entah itu senang ataupun susah."
Tante Levi menghela napas pelan, sudut bibirnya terangkat hangat, khas keibuan. "Tante juga, Ya. Awalnya mungkin berat buat Tante ditinggalkan Citra, tapi seiring berjalannya waktu Tante terbiasa dengan kepergian Citra. Karena hidup terus berjalan, kita gak bisa selamanya diam disatu tempat. Pasti ada waktunya kita harus bergerak, kalau enggak gitu kita bakalan tertinggal, kan?"
Seulas senyum tercetak di bibir Gia, lalu mengangguk mengiyakan. Gia bangga dengan Tante Levi yang bisa melewatkan masa sulitnya dengan baik. Beliau terlihat lebih tegar daripada sebelumnya.
"Pulang yuk!" Tante Levi berdiri diikuti Gia. Dalam perjalanan ke parkiran, mereka ngobrol-ngobrol ringan.
"Tan,"
"Hm?"
"Yang Tante bilang dulu kalau ada tiga anak Harmoni yang ngelayat waktu itu, kayaknya aku tahu deh siapa mereka," Ujar Gia seraya menggendeng lengan Tante Levi.
"Galen kan, salah satunya?" Tante Levi bertanya.
Gia mengangguk. "Yang lainnya itu Lyn sama Bagas."
Langkah Tante Levi terhenti sejenak, "Oh... anak perempuan yang nangis-nangis itu namanya Lyn, terus anak laki-laki yang lihat di dekat pohon sana namanya Bagas." Gia mengangguk. "Tapi Tante kayak gak asing sama nama Bagas ini,"
"Citra pernah cerita kali, Tan."
Wanita paruh baya itu berpikir sejenak. Jelas-jelas dia tidak asing dengan nama itu.
"Oh! Tante ingat! Bagas itu cowok yang Citra suka sepertinya. Citra pernah cerita ke Tante dulu." Langkah yang sempat terhenti kembali mengayun. "Eh, atau Galen, ya? Lupa."
Kali ini langkah Gia yang terhenti tiba-tiba, lalu menoleh pada Tante Levi dengan wajah cemberut. "Bagas, Tan. Gia yakin! Galen, kan-"
"Pacarmu, kan?" potong Tante Levi dengan senyum mengejek.
Kedua mata Gia membulat. "Kok tahu?"
Tante Levi menepuk punggung tangan Gia pelan, "Sebulan yang lalu kalau gak salah dia datang ke toko roti Tante mau beli croissant. Sempet Tante ngobrol-ngobrol sebentar terus dia bilang kalau kamu sama dia pacaran. Beli croissant pasti untuk kamu, ya? Kamu suka sekali soalnya."
Gia mengangguk pelan. Sebulan lalu Galen memang datang ke rumahnya membawa croissant kesukaannya.
"Tapi sekarang aku udah putus sama dia, Tan." Kepala Gia nunduk menatap tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away Ghost! [SELESAI]
Novela Juvenil(Ghost Series #3) Galen punya satu keistimewaan yang tidak banyak orang tahu. Keistimewaan yang membuatnya menjadi lebih dekat dengan sosok Gia, cewek pindahan yang terkenal karena sering kesurupan. "Kalau gue kesurupan, lo colek gue aja setannya k...