BAB 28 : Telepon Malam

25.4K 3.9K 127
                                    

22:50

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22:50

Tiga gadis remaja tengah asik bermain games populer dikalangan usia mereka yang baru saja menginjak usia 17 tahun. Games ini dinamakan truth or dare. Cara bermainnya hanya dengan memutar botol atau barang lainnya, lalu ujung botol yang mengarah pada peserta akan dihadapkan oleh sebuah pilihan, truth or dare.

Sial! Ujung botol yang berputar-putar itu berhenti di hadapan Gia.

Atensi kedua sahabatnya lantas tertuju pada Gia seraya menyeringai puas. Sejak 30 menit permain dimulai, tidak sekalipun ujung botol itu berhenti dia Gia. Mika dan Berlin yang jadi sasarannya, sudah banyak sekali kejujuran yang mereka ungkapkan, serta tantangan-tantangan mudah hingga ke yang paling sulit.

"Truth or dare?!" Mika bertanya bersemangat.

Orang yang ditanya menghela napasnya lesu, "Truth deh."

"Lo suka ya sama Galen?"

JEDER! Bagai petir disiang bolong, menyambar pas di jantung Gia hingga membuat jantungnya tiba-tiba berdegup kencang seperti sekarang. Lidah Gia kelu, tidak ada kata yang bisa Gia ucapkan, hanya matanya saja yang sesekali berkedip.

"Suka, kan?" Mika mendesak Gia sekaligus menyadarkan gadis itu.

"H-hah?"

Berlin berdecak, "Ah, dari ekspresinya aja udah kejawab!"

Mika mendekat pada Gia dengan ekspresi sumringah, sedangkan Gia sudah siaga. "Suka dari kapan?" Mika naik-turunkan alisnya.

Sepertinya, tidak ada gunanya lagi Gia mengelak semuanya. Jika Gia bilang tidak juga, Gia yakin sahabatnya itu tidak akan percaya. Ya, sudahlah, sudah kepalang tercebur ke air.

"Eum...udah lumayan lama sih," jawab Gia.

Kali ini Berlin yang bertanya, "Kenapa bisa suka dah sama orang kaku kayak kanebo gitu?"

Gia berpikir sejenak. Dipikir-pikir, apa yang diucapkan Berlin benar juga. Kenapa Gia bisa suka ya sama orang modelan kayak Galen?

"Gak tahu sih gue juga. Tapi yang pasti, Galen punya caranya sendiri buat orang jatuh hati sama dia. Ya, walaupun dia kaku dan dingin banget gitu, tapi aslinya baik kok. Iya, gak?" Tanya Gia meminta pendapat.

Mika dan Berlin mengangguk setuju. Galen memang baik, apalagi kalau masalah ilmu, dia gak akan pelit untuk memberi.

Mika tiba-tiba menepuk pundak Gia hingga terdorong ke samping. Tidak, tidak, ini bukan menepuk, tetapi memukul! Pundak Gia sampai terasa panas karena kerasnya pukulan Mika.

Gia menggosok pundaknya seraya menatap Mika tajam, tetapi Mika cengegesan seperti orang gila.

"Sakit oy!"

Go Away Ghost! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang