Acara penutupan peserta didik baru itu selesai sekitar pukul satu dini hari, sekolah menyediakan tenda untuk kelas sepuluh tidur, sedangkan untuk para panitia atau kelas sebelas bisa tidur di kelas atau UKS. Lyn kebagian tidur di kelas, tepatnya di kelasnya sendiri, kelas 2.1.
Pukul lima pagi Lyn terbangun dari tidurnya, kebelet pipis menjadi penyebab utamanya. Diliriknya jendela kelas yang tertutup gorden tipis berwarna putih itu, keadaan di luar masih gelap dan Lyn tidak berani untuk pergi ke toilet sendirian. Lyn menoleh ke samping, terdapat Mika yang tengah tertidur pulas. Niatnya ingin membangunkan dan memintanya untuk mengantarkan Lyn ke toilet, tetapi melihat Mika yang sangat pulas tertidur dan ditambah juga mereka tidak begitu dekat, Lyn mengurungkan niatnya untuk membangunkan Mika.
Dengan keberaniannya Lyn bangkit dari tempatnya untuk segera pergi ke toilet. Saat baru saja melangkahkan kakinya di lorong kelas yang sangat sepi, bulu kuduk Lyn berdiri, hawa dingin menusuk kulit. Ingin kembali masuk tetapi panggilan alam ini semakin tidak bisa ditunda. Lyn sempat menimbang-nimbang sebelum akhirnya berlari secepat mungkin untuk sampai di toilet dengan menghiraukan semua yang membuatnya takut.
Lyn mengerem kakinya di ambang pintu toilet saat mendapati bahwa toilet dalam keadaan gelap gulita, meskipun ragu Lyn melangkahkan kakinya masuk ke dalam toilet untuk mencari saklar lampu. Dalam sekali tekan toilet itu terang dan menampakkan keadaan toilet yang sepi. Namun, ada satu pintu toilet yang tertutup rapat.
Pintunya tertutup serta ada tongkat pel yang menahan pintu itu supaya tidak dapat terbuka. Lyn yang melihat itu penasaran, dia mendekat dengan rasa ragu dan takut yang menyelimutinya.
Langkahnya terhenti saat melihat darah mengalir dari arah dalam toliet.
Pacu jantungnya meningkat, kaki serta tangannya bergetar hebat, pikiran negatif sudah menyelimuti seluruh kepalanya. Dengan tangan bergetar Lyn mengambil tongkat pel yang menahan pintu itu, perlahan tangannya membuka knop pintu.
"AAAA!!" Lyn jatuh ke lantai.
Dia melihat Citra di sana, sudah dengan keadaan yang mengenaskan. Darah yang mengalir itu berasal dari kepala Citra, wajahnya sudah memucat. Di area pipi terdapat memar merah yang kontras dengan wajah pucatnya.
Lyn bangkit dari tempatnya untuk menghampiri Citra, dipegangnya pipi Citra untuk memastikan keadaan gadis malang itu. Dingin. "Enggak, enggak mungkin! Citra bangun!" seru Lyn seraya menangis ketakutan. Lyn mengecek pergelangan tangan Citra untuk mengecek denyut nadinya, namun nihil, denyut nadi Citra tidak ada.
Tak patah arang, Lyn pergi keluar untuk mencari pertolongan. Beruntung ada Miss Anna yang tengah patroli di sekitar sana, Lyn bergegas menghampiri Miss Anna.
"Ada apa Lyn? Kenapa kamu nangis seperti ini?" tanya Miss Anna begitu Lyn menangis di hadapannya.
"Ci-citra Miss..." Lyn menggengam putus asa tangan Miss Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Away Ghost! [SELESAI]
Teen Fiction(Ghost Series #3) Galen punya satu keistimewaan yang tidak banyak orang tahu. Keistimewaan yang membuatnya menjadi lebih dekat dengan sosok Gia, cewek pindahan yang terkenal karena sering kesurupan. "Kalau gue kesurupan, lo colek gue aja setannya k...