BAB 19 : Pensi

26.9K 4.2K 174
                                    

...ooo0ooo...


Kelas 2.1 sedang sibuk menyiapkan penampilan mereka yang tidak lama lagi akan segera mereka tampilkan di depan seluruh murid dan guru SMA Harmoni. Gladiresik sudah mereka lakukan beberapa jam yang lalu. Pengecekan properti sudah mereka lakukan juga. Ada beberapa orang yang sedang mengingat kembali dialog yang akan mereka lontarkan nanti, salah satunya Mika yang duduk di kursi paling pojok tengah beradu peran dengan Jovan. Kedua pemeran utama itu nampak serius memerankan peran mereka masing-masing.

"Putri..." Jovan memanggil Mika. "Will you marry me?" Jovan menatap Mika serius. Dia masuk ke dalam perannya.

Sejenak Mika terpesona mendengar kata itu keluar dari mulut Jovan. Pipinya memanas tiba-tiba.

"Mika! Mika!" Jovan menyadarkan Mika. Gadis itu mengerjap beberapa kali. "Eh, malah bengong!"

"Sorry, sorry." Mika berdeham pelan, lalu kembali memainkan perannya. "Aku tidak bisa, Pangeran. A-aku..."

Jovan mengenggam kedua tangan Mika. Sialnya, Mika malah berdebar beneran. Padahal ini hanya sekedar peran. "Aku akan membawamu pergi dari keluarga yang tidak mencintaimu itu. Kini aku satu-satunya orang yang akan mencintaimu. Aku orang yang ada selalu untukmu, sedih maupun senang." Ujar Jovan.

"Kamu serius dengan semua itu?"

"Ya. I really love you so much."

Mika tersenyum, lalu mengangguk. "Ya, aku mau."

Jovan ikut tersenyum. Dia berdeham pelan saat membaca adegan selanjutnya. Dari sekian banyak adegan, menurutnya, ini adegan yang paling mencanggungkan antara Jovan dan Mika. Ya, meskipun ini hanya akting, tetapi tetap saja deg-degannya beneran.

Jovan mengangkat tangannya menyentuh sebelah pipi Mika yang berhasil membuat Mika merinding tiba-tiba. Jovan berdeham lagi, menghilangkan rasa gugupnya. "Eum... Sorry, ya." Kata Jovan, kemudian mendekat ke arah Mika.

Mika megangguk kaku. "Ja-jangan terlalu deket, nanti kalau kena beneran gimana," ucap Mika gugup setengah mati. Santai Mika. Inget, ini Cuma akting.

"I-iya, gue juga tahu. Kan, nanti tirainya cepet-cepet ditutup." Balas Jovan.

"ASEK! CIUM AJA BENERAN KAGAK NGAPA!" ejek Mars dengan suara toanya hingga terdengar nyaring di kelas.

Mika dan Jovan cepat-cepat menjauhkan diri. Mereka berdua salah tingkah.

Jovan berdiri, berniat untuk menjitak kepala Mars. "Berisik anjeng! Mulut lu mau gue jejelin pake duit hah?!" Jovan memukul mulut Mars dengan naskah yang dia pegang.

Mars nyengir lebar, "Kagak butuh. Duit gue udah banyak." Balasnya dengan nada mengejek. "Modus lu sama Mika!" bisik Mars pada Jovan.

Jovan mengeplak kepala Mars keras. "Bacot lu!"

Saat Mars hendak membalas Jovan, tiba-tiba Berlin berteriak di ambang pintu membuat semua perhatian teralihkan pada Berlin.

"GUYS, YUK, SIAP-SIAP! ABIS KELAS SOCIAL 5 TAMPIL, GILIRAN KITA! AYO, SEMUANYA KE BACKSTAGE!!"

Semua orang menurut, mereka langsung pergi ke backstage seperti yang Berlin bilang tadi. Saat mereka sampai di backstage, kelas social 5 baru saja menyelesaikan penampilan mereka.

"Yang ngerasa punya dialog, ambil microphone di sana, jangan lupa!" teriak Berlin.

Gia cepat-cepat mengambil salah satu microphone yang tergeletak di atas meja, lalu mencoba memasangnya. "Aduh ini gimana sih cara pakenya ribet banget!" gerutu Gia karena kabel microphone tersangkut terus di antara rambutnya. Gia menggerutu kesal karena dikejar waktu. Masalahnya, Gia sudah muncul di adegan pertama bersama dengan Mika.

Go Away Ghost! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang