keping 5 • slow but sure

223 26 0
                                    

Jihyo mendapat kabar dari Dahyun, bahwa salah satu tersangka yang menjadi tanggung jawabnya bekerja sebagai tukang parkir di Indoapril, minimarket tersuperior secara kualitas maupun kuantitas sepanjang masa yang kebetulan letaknya cukup dekat dari salonnya.

Yah, meskipun masih ada tersangka lain yang masih harus diurus. Pelan-pelan saja. Slow, but sure.

Jihyo memilih naik sepeda supaya ada alasan berinteraksi dengan Seokmin. Model sepeda lucu seperti milik anak-anak SMP zaman sekarang, merah muda lengkap dengan keranjang yang bisa dibongkar pasang. Untuk tipe orang independen tapi tidak punya sepeda motor, sepeda adalah solusi terbaik agar tetap produktif. Lupakan soal bututnya, karena memang sepeda itu dibeli ketika Jihyo masih berusia lima belas dan merupakan hadiah dari mendiang ibunya.

Setibanya di minimarket, Jihyo berakting senatural mungkin. Memarkirkan sepeda di pojok sekali, dekat dinding bertuliskan “BEBAS PARKIR”, melangkah masuk sambil memikirkan barang-barang yang sekiranya bisa dia beli. Selama memilih minyak goreng, Jihyo curi-curi pandang ke arah pria jangkung berkaos cokelat dengan topi berwarna serupa lewat kaca minimarket.

Tidak ada yang aneh.

Sejauh ini Seokmin tampak normal, pria muda itu tengah asyik membantu pengunjung mengeluarkan motor, lalu menerima uang dan dimasukkan ke dalam saku. Dia bekerja sendirian, membuat Jihyo merasa seolah bercermin.

Kata sendirian selalu berhasil mengetuk relung hati gadis berpiyama cokelat itu keras-keras, bunyi retak akan terdengar setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata sendirian selalu berhasil mengetuk relung hati gadis berpiyama cokelat itu keras-keras, bunyi retak akan terdengar setelahnya. Ngilu. Pilu. Kelu. Send—gawat! Seokmin menatapnya. Mereka sempat beradu pandang selama satu detik. Wajah kebingungan pria itu tercetak jelas saat Jihyo buru-buru memalingkan muka.

Tanpa mempedulikan sorot mata Seokmin yang masih menggantung, Jihyo melangkah ke rak samping, memunggungi kaca. Menghapus minyak goreng dari daftar pelik, dia mengubah haluannya menyerbu sabun cuci piring. Padahal hanya ketahuan memandang, tapi malunya sampai ke akar-akar.

Jihyo sejak awal berniat  memata-matai Seokmin, tapi kenapa ujungnya justru dianya yang merasa diperhatikan?

Jihyo lekas membayar belanjaannya. Ada perasaan was-was saat hendak mendorong pintu. Menunduk ... atau biasa saja? Tapi kalau tidak menunduk, Jihyo khawatir Seokmin akan memburunya sebab sampai saat ini pun Jihyo merasa ada yang menatapnya, kendati gadis itu terlalu ragu untuk menengadah. Apa Seokmin yang menghunuskan tatapannya?

Perlahan, Jihyo mendongak dan benar saja, Seokmin masih setia menatapnya!

“Tadi bannya kempes, tapi nggak apa-apa, sudah saya benahi.” Jihyo langsung menoleh ke tempat sepedanya terparkir, di sampingnya terdapat pompa angin yang tadinya tidak ada di sana.

Jihyo tersenyum kaku ke arah Seokmin, pria yang baru saja berbicara padanya. “Ah, terima kasih, maunya balik dari sini saya isi angin di bengkel dekat pertigaan. Tapi sudah dibenahi, kalau gitu saya akan langsung pulang.”

Aurovagant | twice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang