keping 16 • fakta baru

97 17 1
                                    

Terserang penyakit demam berdarah merupakan kegagalan Nayeon menjaga kesehatan dengan kadar penyesalan paling tinggi. Dia terpaksa cuti kerja sebab sekujur tubuhnya dibuat untuk berdiri saja semi-semi mustahil, belum lagi harus cek darah secara berkala, penggantian cairan, dan segalanya mau tak mau terpaksa Nayeon urus sendirian. Pada situasi kala itu, baru sekitar dua minggu lamanya Nayeon bekerja di kafe. Kesibukan yang melanda membuatnya jarang membersihkan kamar kos. Berantakan biar berantakan, kotor biar kotor, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Nyamuk pengundang penyakit berhasil merusak pertahanan tubuhnya sampai Nayeon merasa super getol dan sungguh butuh perjuangan untuk sembuh.

Ya, setidaknya Nayeon bersyukur nyawanya masih di kandung badan.

Semenjak musibah demam berdarah, sekarang ini baru kali kedua Nayeon bolos kerja. Bukannya berdiri di balik meja kasir, dia kini justru berdiri menyandar di batang pohon tinggi sambil sesekali melengok, memperhatikan rumah bercat putih yang sangat strategis jika dilihat dari tempatnya berpijak. Pintu utama rumah itu langsung menghadap ke semacam tanah kosong yang tumbuh banyak sekali pohon-pohon tinggi dan rindang. Nah, tanah kosong itu ialah tempat Nayeon bersembunyi sekarang.

Nayeon sedikit membenarkan kacamata hitamnya ketika mendengar suara decitan pintu. Oh, cowok yang barusan keluar ternyata bukan target yang ingin dimata-matainya, melainkan penghuni lain. Sepertinya cowok itu bernama Jeon Wonwoo. Nayeon mundur, kembali mendekatkan tubuhnya pada pohon. Hanya berselang satu menit, suara decitan lagi-lagi menginterupsi. Kali ini pergerakan tangkas Nayeon membuahkan hasil, Joshua baru saja keluar dari kosan dengan bagpack berukuran sedang.

Nayeon memperhatikan pakaian Joshua, hmm, sungguh terlahir sebagai cowok kue. Seleranya warna-warna terang mentereng. Lihat saja, kaos merah muda dan celana jins putih itu. Sungguh berbanding terbalik dengan badan cowok itu yang kekar serta tampangnya yang sangar. The real badan L‐Man, tapi muka bebelac. No fake-fake.

Nayeon melepas kacamata hitamnya yang menarik atensi, lalu keluar dari tempat persembunyian. Sebisa mungkin dia tidak menimbulkan suara gesekan sepatu selama mengekori Joshua. Sang empu yang dimata-matai juga hanya fokus ke depan, tanpa membubuhkan kecurigaan. Ayunan langkah Joshua memelan setelah sepuluh menit. Dia berbelok ke arah kiri menuju gang sempit yang asing di mata Nayeon. Nayeon sempat bersembunyi di tempat sampah sebentar saat detik-detik Joshua membelokkan langkah, takut kalau dari sudut yang kacau begitu, pergerakannya akan tertangkap basah.

Ketika jarak mereka semakin menjauh, Nayeon lekas melajukan derap. Sebodo amat orang-orang memandangnya dengan pancaran aneh yang mungkin saja menganggap Nayeon stalker amatir tapi sok jago. Mengikuti cowok tampan secara diam-diam masuk ke gang sempit. Semakin dalam, semakin mencekam. Tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia.

Saat-saat Nayeon dilambungkan pemikirannya sendiri, dia hampir saja kecolongan. Joshua menoleh, tampak memindai keadaan sekitar. Nayeon buru-buru bersembunyi di belakang tembok dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara dengan membekap mulutnya rapat-rapat.

Satu detik.

Satu menit.

Tiga menit.

Perlahan, Nayeon mengintip. Tidak ada figur Joshua di sepanjang gang. Gadis itu menengok kanan, lalu kiri secara bergantian. Benar saja, Joshua menghilang. Tak tinggal diam, Nayeon melangkah hati-hati menyusuri tempat terakhir Joshua menyapa indera penglihatannya. Dari arah Nayeon berdiri, dia dapat melihat sebuah kuil terbengkalai dengan pagar sedikit terbuka yang terletak di kanan jalan.

Tap.

Tap.

Tap.

Semakin dekat jemari Nayeon pada pagar kuil. Sebelum menjajaki, gadis itu memperhatikan keamanan sekitar. Tidak ada siapa-siapa.

Aurovagant | twice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang