Chaeyoung mendengkus ketika Myungho merampas pilox berwarna hijau neon dari wadah khusus tempat gadis itu biasa menyimpan peralatan ritual tengah malam yang juga berisi cat lainnya, kuas, serta beberapa lilitan kawat. Ritual tengah malam dipilihnya sebagai sebuah frasa khusus untuk merepresentasikan hobi Chaeyoung mengecat tembok setiap seminggu sekali. Tepat pukul dua belas malam. Seperti sekarang, misalnya, Chaeyoung sedikit berdecak sebelum berkata, "Kebiasaan, ngambil nggak izin dulu," keluhnya yang terdengar seperti mencecar. "Kalau gitu gue minta item lo yaa."
"Ambil aja," singkat Myungho. Cowok itu tampak fokus pada gambar abstrak hijau neon tanpa lupa memakai masker hidung kain yang sangat penting untuk menjaga stabilitas paru-parunya. Myungho memulai gambarnya dari lingkaran, garis horizontal, garis vertikal, segitiga, dan gambar semaunya, yang menurut Chaeyoung justru terkesan seperti simbol dasar geometri.
Sementara Myungho menambahkan kesan semacam ornamen dalam karyanya menggunakan pilox pink neon, Chaeyoung mengeluarkan hasrat nyeni-nya melalui mini karikatur figur fiksi Buto Ijo dan Timun Mas. Sedikit berbeda dari dongeng yang amanat positifnya diambil dari karakter Timun Mas, Chaeyoung menerapkan cara pandang dekonstruksi. Sehingga terjadilah keserongan paham, di mana Buto Ijo dalam gambar Chaeyoung tersebut dibuat lebih menggemaskan ketimbang Timun Mas yang mengerikan dengan gigi taring menyerupai serigala betina. Sebuah pesan tersirat yang ingin gadis itu sampaikan, bahwa setiap permasalahan atau keadaan dalam kehidupan dapat ditilik dari dualisme pandangan atau bahkan lebih. Manusia tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi dan apa yang dipikirkan manusia lainnya.
"Seperti biasa," celetuk Myungho usai memperhatikan gerak-gerik lihai Chaeyoung. "Selalu ada unsur filsafatnya."
Chaeyoung tersenyum miring saat gambarnya telah selesai secara utuh. "Kesederhanaan, orisinalitas, dan yang paling penting, limited edition. One and only, cuma karyanya Son Chaeyoung."
Myungho tepuk tangan sekali, tanda setuju. "Tambahan, lo tuh paling cerdas kalo soal nyeni. Belum nemu yang lebih dedikatif melebihi lo. Oh ya, gimana perkembangan kasus Bang Seungcheol? Aman?"
"Enggak sama sekali." Chaeyoung mengembalikan pilox ke wadah semula, lalu melepas sarung tangan. "Justru semakin amburadul. Kenapa sih temen-temen kos lo nggak ada yang inisiatif ngaku aja gitu? Biar cepet kelar nih kasus."
Pernyataan tidak masuk akal itu sukses mengurai tawa Myungho. "Mana ada maling ngaku, Chae."
"Yaaaa siapa tau pelakunya abis kebisikan malaikat baik gitu, khilaf, makanya memilih ngaku," sahut Chaeyoung masih dengan jemari yang sibuk membereskan peralatan ritual tengah malam. Kalau dipikir-pikir, sekarang situasinya lebih cocok digunakan sebagai profesi pencari hantu yang biasa Chaeyoung lihat di aplikasi video ketimbang bermural ria. Sebab di sekitar jembatan lama itu sangat sepi dan pencahayaannya juga super duper minim.
"Hmmm, actually, gue pengen nanya deh. Kenapa tim detektif lo nggak geledah kosan kami aja? Siapa tahu dengan gitu, ada bukti-bukti yang nantinya berguna buat perkembangan kasusnya."
Chaeyoung berdiri utuh, tidak lagi sibuk pada perkakasnya. Kedua lengan gadis itu terlipat di depan dada. "Kalau ada surat perintah mah cepet, Ho. Tapi kenyataannya tim detektif gue kan illegal, mana bisa grebek rumah orang sembarangan. Kecuali kalau klien setuju buat rumahnya didatengin."
"Ya itu, tanya Kak Seungcheol, setuju atau enggak?"
"Kak Seungcheol malah belum ada kabar lagi semenjak terakhir kali tim kami ketemu dia."
Myungho tanpa sadar mengusap dagunya, tampak berpikir. "Tingkah Bang Seungcheol juga aneh belakangan ini. Dia selalu datang ke gue buat minta diajarin ngelukis. Padahal selama gue tinggal di sana, dan selama itu pula gue kenal Bang Seungcheol, dia sama sekali nggak ada ketertarikan ke arah seni rupa. Nggak tau hmm, mungkin dia kelewat stress kali ya? Makanya butuh hiburan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurovagant | twice ✔
Fanfiction"Perkaranya nggak semudah yang lo pikirin, ini kasus gila." - Nayeon "Dari sekian banyak tersangka, kenapa harus Yoon Jeonghan?" - Jeongyeon "Gue bingung harus percaya siapa." - Momo "Dari awal cuma buang-buang waktu." - Sana "Maksud lo, kita diperm...