epilog

76 11 3
                                    

•••

Jihoon benar-benar mati ... dengan mengenaskan. Dia tergeletak tak bernyawa di lantai kamar dekat kasurnya. Baju yang dia kenakan hampir seluruhnya dipenuhi cairan merah segar. Bau anyir begitu menusuk saat anggota tim Aurovagant beserta Seungcheol tiba di pintu masuk kamar Jihoon. Kondisi terlalu ramai, sembilan wanita itu bahkan perlu berjinjit untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar.

Mereka dilingkupi keterkejutan ketika mendapati darah yang keluar dari tubuh Jihoon semakin meluber kemana-mana. Benar-benar masih segar dan sangat baru. Wonwoo yang sudah berada di sana sejak awal hanya menggeleng lemah, di samping cowok itu juga berdiri Mingyu yang sama sedihnya. "Gue udah cek nadinya dan nihil, kayaknya karena kehabisan darah. Gue juga udah panggil pihak medis dan kepolisian."

Sana langsung mendekati jasad Jihoon, diikuti Momo. Menjadi tanggung jawab mereka untuk mengecek apa gerangan yang telah terjadi. "Kayaknya dia ditusuk benda tajam di beberapa bagian perut, dada, dan kaki. Ada goresan juga di telapak tangannya pertanda bahwa Jihoon ada perlawanan melindungi diri," jelas Momo berdasarkan penglihatannya terkait benda alias senjata yang seolah tergambar melalui kondisi fisik Jihoon.

Sana memperhatikan darah Jihoon dengan seksama. "Waktu tragedi diperkirakan sekitar satu sampai dua jam yang lalu. Masih baru banget."

Selain Sana dan Momo tidak ada yang mendekat. Mereka tidak ingin menimbulkan kesalahan yang nantinya bisa saja merusak jasad Jihoon. Kini, mereka hanya perlu menunggu kehadiran pihak medis dan kepolisian. Mereka duduk anteng di ruang tamu dengan membiarkan pintu utama rumah terbuka lebar-lebar. Suasana kosan sangat sepi. Sebelas orang di ruangan itu terdiam, masih berusaha mencerna dengan baik apa yang tersaji. Semuanya benar-benar serba tiba-tiba.

"Ke mana mereka semua pergi?" tanya Seungcheol entah pada siapa. Matanya kosong, melamun menatap lantai. "Kenapa keadaan jadi begini setelah mereka pergi? Jihoon mati. Siapa yang bertanggung jawab atas kepergiannya?"

"Mungkin salah satu dari mereka yang tiba-tiba menghilang?" sahut Wonwoo dengan suara sangat pelan, nyaris berbisik. Wajah cowok itu tampak pucat, dia merasa bertanggung jawab karena yang pertama kali menemukan jasad Jihoon.

"Aneh, menghilang justru akan menimbulkan kecurigaan bahwa mereka sebenernya telah bersekongkol untuk membunuh Jihoon dan entah demi meraih tujuan apa," timbrung Mingyu diikuti helaan napas marah. "Gue nggak nyangka salah satu penghuni kosan ini anjing! Tega-teganya bunuh temen sendiri."

Nayeon dan kawan-kawan masih membisu. Mereka dihadapkan oleh permasalahan yang mendadak jadi asing. Seolah berada di depan pintu rumah orang lain, tetapi dipaksa masuk meskipun seluruhnya merasa tidak berkepentingan. Ketika Seungcheol, Mingyu, dan Wonwoo mengudarakan suara, mereka dikerubung pikiran aneh-aneh. Bagaimana jika polisi curiga jika mereka bersembilan masih di sana? Ketika ditanya mereka siapa, apa yang harus mereka katakan? Apakah kehadiran mereka nantinya akan membuat mereka ikut diseret dan dicek latar belakang?

Mereka detektif baik hati yang juga menjadi musuh polisi.

•••

Memahami situasi tim Aurovagant, Seungcheol mengutus mereka segera pulang sebelum pihak kepolisian datang. Apabila ada perkembangan kasus atau bukti-bukti terkait telah ditemukan, Seungcheol akan dengan senang hati membagikan info terkini pada mereka. Asal, mereka harus bersembunyi dulu.

Berita mengenai kematian Woozi alias Jihoon, produser sekaligus penyanyi yang cukup populer di seluruh negeri menjadi pembicaraan hangat. Seluruh media mengangkat informasi ini. Buntut permasalahan tentu pertanyaan tentang siapa pelakunya, apa motifnya, mengapa kekejian itu bisa terjadi? Jihoon memang dinyatakan dibunuh sesuai dengan perkiraan Momo seminggu lalu.

Aurovagant | twice ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang