sebelum baca part ini, coba sebut satu nama yang kalian curigai sebagai pelaku.
happy reading ^.^
•••
Di ruang tengah salon Jihyo, telah berkerumun seluruh anggota tim Aurovagant dan Seungcheol. Klien dihubungi agar datang karena sekelumit kasusnya telah berhasil dipecahkan.
Ya, telah berhasil.
Setelah sekian purnama.
Kini, Nayeon menjadi orang di garda terdepan menyambut Seungcheol. Chaeyoung yang duduk berada paling ujung pun tahu bahwa semacam ada sengatan listrik antara Nayeon dan Seungcheol sehingga mereka saling senyum malu-malu. Di atas kepala keduanya kalau diibaratkan komik, mungkin sudah ada gambar hati yang berdetak jedag-jedug. Uh, benar-benar seperti abg yang baru mengerti apa itu cinta.
"Kami udah tau siapa pelaku pencurian koper lo." Nayeon buka suara.
Dahyun melampirkan hasil data final yang tertera di setumpuk kertas HVS beserta beberapa alat bukti berupa foto. Seungcheol sempat terkejut melihat salah satu bukti foto itu yang merupakan hasil lukisannya sendiri. Wajah Nayeon. Bagaimana mereka bisa mendapatkannya? Bukankah sudah pasti ada tindakan penyelinapan? Namun, dibanding keterkejutan itu lebih dominan rasa malu. Nayeon pasti sudah tahu bahwa perasaannya dari dulu sampai sekarang masih sama. Seungcheol malah berakhir menggaruk tengkuk yang tiba-tiba gatal.
"Sebelumnya, boleh gue tanya satu hal?"
Seungcheol langsung mengangguk menanggapi pertanyaan Nayeon yang entah kenapa terdengar seperti pernyataan.
"Seberapa lo kenal temen-temen kosan lo?"
Hanya Nayeon yang berujar sampai detik ini. Seluruh anggota timnya sudah berserah sepenuhnya dengan memberikan hak wawancara pada Nayeon seorang. Yang ditanya diam sebentar, tampak berpikir. Lalu, menggeleng lemah. "Gue juga nggak tahu."
Nayeon mengangguk, lalu bertatapan dengan Dahyun. Dahyun yang dapat menangkap sinyal dari Nayeon pun lekas membuka lembaran ke sekian dari tumpukan kertas yang dijepret menggunakan stepler itu dan menyodorkannya menghadap Seungcheol.
"Lo nggak tau kan kalo temen-temen kosan lo rata-rata problematik?" Hawa kesemsem di antara Nayeon dan Seungcheol mendadak tenggelam entah ke mana. Mereka sama-sama serius. "Berikut data-datanya, bisa lo baca sendiri. Hampir semuanya tercatat sebagai seseorang yang pernah melakukan tindak kriminal, kecuali Wonwoo, Jihoon, dan Vernon."
Seungcheol membaca selebaran itu dengan saksama. Air mukanya berubah keruh. "Gue nggak tau, sama sekali."
Nayeon mengangguk paham, dia sudah menduga. Seungcheol sejak dulu memang sangat cuek pada sekitar. "Hmm, nggak apa-apa. Kami maklumin karena lo emang jarang tinggal di situ, apalagi lo owner-nya. Tapi untungnya sih, lo baik-baik aja sampai detik ini."
Nayeon kembali menyuruh Dahyun membuka data berikutnya hanya melalui anggukan. "Kami mendalami kasus ini dengan banyak cara. Dimulai dari pendekatan secara invidual atau saling bertanya karena di antara kami ternyata ada yang berhubungan cukup baik dengan tersangka. Kami mengulik informasi dari informan juga, termasuk lo sendiri."
Seungcheol meneliti selebaran itu lagi. Membacanya sampai benar-benar tuntas.
"Pertemuan kita terakhir kali lo nggak ada bilang kan isi lugas dari koper itu apa? Lo cuma bilang bahwa di dalam sana tersimpan hadiah yang mau lo kasih ke gue waktu ultah ke tujuh belas. Ya kan?"
Seungcheol mengangguk. "Iya."
"Gue tahu isi itu apa, Cheol."
Mendengar itu, alis Seungcheol terangkat dengan mata berkedip lambat.
"Gaun kan?"
Kerutan di dahi Seungcheol luntur. Ujung bibir kanannya berkedut. Dia ... perlahan mengangguk. "Ya, lo masih ingat ternyata."
Nayeon lega luar biasa. Meskipun dia sangat yakin, tapi tetap saja masih ada sedikit keraguan yang menyelimuti. Takut-takut tebakannya salah, lalu semuanya justru akan berubah runyam. Sstt, selain itu hati Nayeon cukup berbunga-bunga mendengar pengakuan Seungcheol. Dia ... berusaha menahan senyum di sela-sela keseriusan.
"Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kami memperkecil kemungkinan tersangka. Dan wawancana terakhir Momo dan Hoshi berhasil menjawab semuanya. Hoshi bilang dia beberapa kali sempat ngelihat cewek di kosan lo? Padahal harusnya itu kosan cowok kan meskipun agak bebas?"
"Iya, terus siapa pelakunya?"
Nayeon menatap Seungcheol dalam-dalam, kemudian menunjuk salah satu dari dua belas foto yang tertera tulisan 'tersangka'. Saat itu pula kedua mata Seungcheol membola tidak percaya.
"Jadi ... pelakunya Jihoon?"
"Ya, karena Jihoon berkepribadian ganda. Kepribadiannya yang lain adalah seorang ... perempuan."
Tring ... tring ... tring ....
Ada dering telepon milik Seungcheol. "Bentar-bentar." Cowok itu memgambil ponselnya dari saku celana jins. "Dari Wonwoo, tumben. Biasanya nggak pernah telepon sama sekali."
Seluruh anggota tim Aurovagant menaruh atensi saat nama Wonwoo disebut-sebut. "Jawab aja siapa tahu penting, kalau lo nggak keberatan tolong di-speaker ya," pinta Jeongyeon yang penasaran brutal.
Seungcheol menerima suruhan Jeongyeon. "Halo?"
"Bang, lo di mana?" Suara Wonwoo di seberang sana terdengar ngos-ngosan.
"Ada urusan, kenapa?"
"Cepetan lo ke kosan, Bang Jihoon me-meninggal!"
"HAH?!"
"Jeonghan, Joshua, Jun, Myungho, Seokmin, Seungkwan, Vernon, dan Chan hilang! Barang-barang mereka juga nggak ada sini! Di kosan tinggal gue sama Mingyu doang, lo cepetan ke sini!"
APALAGI INI YA TUHAN?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurovagant | twice ✔
Fanfiction"Perkaranya nggak semudah yang lo pikirin, ini kasus gila." - Nayeon "Dari sekian banyak tersangka, kenapa harus Yoon Jeonghan?" - Jeongyeon "Gue bingung harus percaya siapa." - Momo "Dari awal cuma buang-buang waktu." - Sana "Maksud lo, kita diperm...