•••
"Halo, guys! Selamat malammm. Tebak, aku dimanaaa? Aku sekarang lagi seru-seruan di Karnaval Aurora, nih! Bisa kalian lihat di belakang aku banyak banget wahana menarik. Mulai dari komedi putar, bianglala, bumper car, roller coaster, sky swinger, kora-kora, rumah hantu, dan masih banyak lagi. Pembeda karnaval Aurora dengan karnaval lain ada di jasa ramalan kartu tarot yang sekarang mau aku cobain, ini masih antre. Tuh lihat, antreannya lumayan panjang ya, guys. Kalau kalian mau ketemu aku, bisa langsung ke sini! Gue tunggu di tenda ini, yaaa!"
Kameramen tim Sana mengacungkan jempol ke udara. Sana bisa sedikit bernapas lega setelah melakukan siaran langsung promosi ditemani suara kasak-kusuk banyak orang yang memandangnya penuh takjub. Sana beberapa kali melambaikan tangan pada pengunjung yang memanggil-manggil namanya. Dia merasa paling bahagia jika menjadi pusat perhatian begitu.
"KAK SANAAA!"
"Cantik banget Kak Sana!"
"Mimpi apa gue bisa ketemu Sana. AAAAAAAAA, pingsan boleh nggak sih?"
"Kak Sana mau minta foto bareng dong!"
"SANA GUEEEEE, PACAR GUEEEE, ISTRI GUE YA ALLAH!"
Sana hanya tersenyum menanggapi suara yang terdengar sahut-menyahut. Karnaval malam ini sungguh ramai dengan suara mesin, jeritan pengunjung yang naik wahana ekstrim, ketambahan pula teriakan penggemarnya. Saking banyaknya mungkin dia bisa kali mengadakan jumpa fans.
Demi menjaga keselamatan Sana, timnya dan beberapa pegawai karnaval bergerak mengelilinginya. Menjauhkan tangan-tangan nakal yang berusaha menggapai tubuh Sana. Telah terbiasa mendapat perlakuan begitu membuat Sana terlatih profesional, dia tetap menanggapi penggemar dengan senyuman manis sekali. Mereka sangat tulus mencintai Sana dan Sana juga sangat mencintai mereka.
Sebenarnya sejak awal pihak karnaval mampu-mampu saja memberikan kemudahan akses bagi Sana biar gadis itu langsung bisa mendapat tempat di sarana ramalan kartu tarot. Mengingat mereka juga yang meminta Sana untuk datang dan mempromosikan karnaval mereka lewat sosial media. Kendati Sana tidak mau, lebih baik dia mengantre sesuai prosedur daripada menyerobot pengunjung lain. Kasihan mereka pasti sudah menunggu lama, jika ketambahan Sana seenggaknya mereka akan menunggu sepuluh menit sampai setengah jam lebih lama.
"Akhirnyaaa, giliran gue."
Setelah menunggu cukup lama, kini Sana sudah berada di depan tenda berwarna merah marun. Di depan tenda itu terdapat plakat bertuliskan "Ramalan Kartu Tarot: Petunjuk Kehidupan". Sana semacam mendapat sentuhan lembut dari angin malam yang membuat bulu romanya merinding. Dia menelan ludah sendiri, jika bukan karena kerjaan dan bantu teman, mungkn dia akan balik kanan, lalu lari sekarang juga.
"Kok gue jadi takut ya?" tanya Sana pada manajernya yang setia menemani. "Kakak nggak ikut masuk?"
Sayangnya, si manajer menggeleng. "Jadi gue sendirian nih?"
Bahu Sana langsung merosot drastis ketika tahu dia harus mengarungi ramalan kartu tarot seorang diri. Entah mengapa tenda merah marun di depannya terkesan lebih horor dibanding rumah hantu yang ada di ujung sana.
Aroma melati tercium menusuk tepat ketika Sana menapakkan kaki di area dalam tenda. Tenda itu dari luar keliatan kecil, tapi rupanya area dalamnya lumayan luas. Netra Sana tak berhenti menelisik. Ada banyak lukisan berwarna gelap yang digantung horizontal dan patung ukiran berjejer seperti menyambut kedatangan Sana.
"Sini, Sayang."
Suara terdengar dari ujung tenda, Sana sempat terkejut tapi dia sesegera mungkin melangkah mendekati sumber suara. "Astaga!" Sana terjengkat kaget saat melihat wajah peramal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurovagant | twice ✔
Fanfiction"Perkaranya nggak semudah yang lo pikirin, ini kasus gila." - Nayeon "Dari sekian banyak tersangka, kenapa harus Yoon Jeonghan?" - Jeongyeon "Gue bingung harus percaya siapa." - Momo "Dari awal cuma buang-buang waktu." - Sana "Maksud lo, kita diperm...