Sudah lima belas menit berlalu terhitung sejak Nayeon berbaring di ranjang. Pegal menggerogoti sekujur tubuh, terutama bagian punggung setelah seharian bekerja. Pengunjung kafe hari ini lumayan padat dan kebetulan salah satu karyawan berhalangan hadir sehingga pekerjaan Nayeon bertambah. Ah, betapa dia merindukan tidur. Namun apesnya, mata Nayeon hingga kini justru tidak kunjung terpejam.
Ada yang mengganggu pikirannya.
Nayeon menatap hampa langit-langit kamar. Suasana hampir hening kalau saja detak jarum jam bisa diajak kompromi. Atmosfer itu sontak membawa Nayeon pada ingatan tentang keluarga. Tiada pernah dia kesepian begini di kampung. Tawa adiknya, teriakan kakaknya, omelan ibunya, dan nyanyian ayahnya. Bohong kalau Nayeon bilang dia tidak rindu mereka. Rasanya ingin balik, ingin memeluk mereka satu-satu.
Nayeon memutar tubuhnya ke samping. Di atas nakas, sebuah figura yang terpampang foto lima figur tampak tersenyum bahagia menghadap kamera. Nayeon berdiri paling ujung kiri sembari memeluk adik cowoknya yang baru berusia lima tahun saat gambar itu diambil.
Tanpa sadar matanya basah. Satu bulir air mata lolos merembes ke sarung bantal. Saat-saat seperti ini, sendiri didekap malam, kesepian melolong, tidak berdaya, Nayeon paling benci ketika dirinya terlihat sangat lemah. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Bahu Nayeon bergetar dahsyat bersamaan dengan meruahnya air mata. Dia menutup mulut, berusaha tidak menimbulkan suara. Nayeon benci bahkan ketika dinding kamar mendengar tangisannya.
Di tengah napas terengah, Nayeon buru-buru mengambil ponsel. Hanya satu nama yang terlintas saat Nayeon merasa dirundung sedih luar biasa. Tempatnya menyalurkan curahan, tempatnya menangis tanpa malu, tempatnya mengamuk sampai letih, dan tempatnya mengumpat akan bobroknya kehidupan. Hilang kendali.
Seungcheol.
•••
Nayeon berkaca. Dia bergidik jijik melihat penampilannya yang sangat berantakan. Rambut dibiarkan tergerai kusut, tumbuh jerawat di kening, kantung mata lumayan pekat, dan badannya yang semakin kurus.
Semalam, Nayeon tak kuasa membiarkan air matanya tumpah sampai ketiduran. Hampir saja lupa kalau paginya dia ada janji bersua dengan Woozi. Produser yang katanya lagi naik daun. Jujur saja, Nayeon bukan tipe orang yang mengerti musik. Lagu andalan sehari-harinya hanya One in a Million dan Feel Special milik Twice. Selera musiknya seperti apa, Nayeon sendiri pun tidak tahu.
Misi Nayeon pagi ini menyamar sebagai reporter. Dia meminta bantuan Sana untuk mempertemukannya dengan Woozi karena ternyata cowok itu baru dipindahkan ke agensi tempat Sana bernaung sejak kemarin lusa. Takdir memang susah ditebak. Kadang baik, sangat membantu kelancaran urusan-urusan Nayeon, kadang pula buruk sekali serupa sepatu butut Chaeyoung. Jebol sana-sini, dipakai pun sakit.
Nayeon memburu handuk dari gantungan, lalu melesat menuju kamar mandi.
Semoga hari ini akan baik-baik saja. Semoga.
•••
Nayeon berjinjit sambil melayangkan tangan kanannya tinggi-tinggi. Sana yang sedang dirias hanya butuh waktu satu detik untuk memahami sinyal itu. Tampak dari kejauhan Sana meminta izin sebentar pada crew-nya, kemudian melangkah mendekati Nayeon.
"Haloo, Whats up? OMG, ini beneran Im Nayeon? Curang banget, lo masih aja cakep meski kerjaan lo di panasan mulu." sapa Sana basa-basi seraya mendekap tubuh Nayeon seolah keduanya baru berjumpa kembali setelah bertahu-tahun lamanya, padahal mereka cukup sering berjumpa. Akting yang mumpuni, patut diberi applause. "Gue kangennnn bangetttt sama loo!"
"Gue jugak, jujurly. Lo tau sendiri kan, kerjaan jurnalis kayak gimana, waktu santainya aja dikit banget, apalagi buat hang out ketemuan sama lo? Jadi, sori ya baru bisa ngeluangin waktu sekarang," timpal Nayeon sengaja dibesarkan volume suaranya. Supaya staff-staff agensi percaya bahwa Nayeon benar-benar berprofesi sebagai jurnalis dan berpredikat teman dekatnya Sana. "Lagian, lo juga sibuk pol. Makin meroket aja lo gue liat-liat. Pasti makin banyak juga nih selebriti cowok yang deketin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurovagant | twice ✔
Fanfiction"Perkaranya nggak semudah yang lo pikirin, ini kasus gila." - Nayeon "Dari sekian banyak tersangka, kenapa harus Yoon Jeonghan?" - Jeongyeon "Gue bingung harus percaya siapa." - Momo "Dari awal cuma buang-buang waktu." - Sana "Maksud lo, kita diperm...