•••
Pintu kamar kosan Nayeon ditutup dari luar, lima menit lalu Chaeyoung mampir untuk membahas pertemuan dengan Boss Mina nanti malam. Pasca kasus terbaru berakhir, Nayeon kembali menetap di kosannya. Bedanya kali ini dia ditemani Chaeyoung yang juga ikut ngekos di kamar sebelah kosan putri tempat Nayeon tinggal. Ketakutan akan bayang-bayang mengerikan Joshua masih hinggap, dia bahkan sedikit memaksa Chaeyoung untuk menemaninya, mengingat biaya kos tetap berjalan meskipun Nayeon selama beberapa waktu menginap di salon Jihyo.
Usai Chaeyoung benar-benar kembali kamarnya, Nayeon segera mengeluarkan koper kecil dari lemari. Koper yang sama diberikan Seungcheol dua minggu kemarin. Sama sekali belum dia sentuh lagi sejak terakhir kali bertemu.
Nayeon duduk di tepian kasur dengan menumpu koper kecil itu di atas paha. Begitu mudah membukanya karena memang tidak ada sandi atau kode. Nayeon menatap nanar gaun putih cantik yang terlipat sangat rapi. Aroma yang mengoar memaksa Nayeon kembali menoleh ke belakang, aroma parfum Seungcheol. Napas Nayeon tercekat, menahan kedua matanya yang memanas. Dia mengusap gaun itu perlahan, merasakan setiap sakit dari sentuhan yang entah mengapa terasa menusuk seperti duri mawar.
Benda berwarna kemerahan di dekat gaun mencuri atensi Nayeon. Itu uang seratusan, berjumlah lima. Nayeon memungut dan mengumpulkan uang itu menjadi satu tumpukan. Di setiap lembar uang itu tertulis atau tergambar sesuatu. Nayeon mematung, haruskah dia melihat lagi luka lamanya yang telah terkorek begitu dalam?
Lembar pertama uang-uang itu bertuliskan sederet angka. Nayeon tersenyum pahit. Angka-angka yang sangat Nayeon kenal. Itu nomor teleponnya dulu ketika SMA, sekarang sudah tidak aktif lagi. Seungcheol mencatatnya di selembar uang, antara cowok itu malas mencari kertas biasa atau dia terlampau kaya sehingga untuk sekelas uang seratus ribuan saja dia jadikan bahan catatan.
Dulu, dia memang sempat menghilang sampai seluruh anggota sekolah mencarinya. Mungkin saat itu nomor telepon yang tercatat sangat berguna bagi Seungcheol. Hal itu bermula dari keputusasaan Nayeon untuk kuliah di jurusan dan kampus impian. Dia banting stir menjadi anggota detektif sampai sekarang, hidupnya sudah bukan lagi untuk dia rencanakan karena keterbatasan uang membuatnya mengambil apa saja tawaran pekerjaan yang tersedia. Mengenang keputusan itu terasa pahit, tapi jika diizinkan kembali ke masa lalu, Nayeon akan tetap memilih keputusan yang sama.
Memasuki lembar kedua, masih sebuah tulisan. Tertera nama makanan, minuman, warna, dan tempat favorit Nayeon.
Dia suka semua jenis makanan, asal jangan pedas-pedas. Menghindari minuman manis karena takut diabetes. Warna favoritnya ungu. Tempat terindah baginya adalah dimana saja selagi bisa melihat hamparan air tenang.
Seungcheol menulis kalimat sepanjang itu pada selembar uang yang ukurannya tidak seberapa. Huruf demi huruf ditulis sekecil mungkin, kiranya supaya cukup menampung semua.
Nayeon teringat, Seungcheol benci ribet. Catatan sekolahnya selalu kosong. Tapi, apa ini? Mengapa dia mau repot-repot menuliskan semua tentang Nayeon?
Lembar ketiga, Seungcheol menulis alamat kos Nayeon yang lama. Jarak beberapa senti di bawahnya, cowok itu juga mencatat kota asal Nayeon lengkap beserta alamat rumah orang tuanya. Ada catatan kaki kecil di pojok kiri bawah.
*ps: bisa langsung mencarinya jika dia tidak ada kabar.
Kali ini, Nayeon tersenyum tipis. Senyum tulus yang muncul akibat efek geli dari dadanya akan sikap manis Seungcheol. Dia sungguh baru sadar bahwa Seungcheol jauh lebih manis dari yang selama ini dia pikirkan.
Tiba di lembar keempat, Nayeon mendadak dibuat lemas. Kali ini tinta biru itu muncul melalui aksara yang lebih panjang dari lembar kedua.
Dia paling tidak suka film horror, tapi sangat menyukai film aksi. Tanggal mulai haidnya sekitar 20-23 setiap bulan, harus diingat karena biasanya di tanggal ini dia suka ngamuk. Ukuran sandal atau sepatunya 38. Size bajunya M. Dia suka pakai skincare merek Fancy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurovagant | twice ✔
Fanfiction"Perkaranya nggak semudah yang lo pikirin, ini kasus gila." - Nayeon "Dari sekian banyak tersangka, kenapa harus Yoon Jeonghan?" - Jeongyeon "Gue bingung harus percaya siapa." - Momo "Dari awal cuma buang-buang waktu." - Sana "Maksud lo, kita diperm...