Petang ini pasar tidak terlalu ramai.
Tzuyu celingukan mencari penjual buah-buahan. Targetnya adalah buah apel, mangga, pir, atau semangka yang biasa dipakai untuk praktikum biologi. Sendirian. Teman-teman satu kelompoknya tidak ada yang mau menemani karena katanya pasar itu bau dan menjijikkan. Mereka akhirnya memanfaatkan muka polos Tzuyu untuk memaksanya pergi seorang diri.
Padahal, Tzuyu sadar tabiat mereka.
Sebab memang sedari orok Tzuyu paling benci berdebat, alhasil gadis itu menyetujui permintaan, ah, lebih tepatnya paksaan itu tanpa banyak bicara. Bahkan ketika anggota kelompoknya meminta Tzuyu menggunakan uangnya terlebih dahulu, Tzuyu tetap saja manggut-manggut. Daripada namanya dicoret dari kelompok yang berisikan mahasiswi populer itu, lebih baik menuruti kemauan mereka. Andai saja pemilihan kelompok tidak berdasarkan abjad, Tzuyu juga tidak akan mungkin bersedia satu kelompok dengan mereka.
Tzuyu melangkah perlahan menyusuri tanah dan lubang genangan air, lalu belok kiri memasuki lorong yang sepertinya jalan pintas. Gerimis baru saja berhenti saat waktu menunjukkan pukul tiga sore tadi. Jam segini pasti anggota tim detektif sedang sibuk-sibuknya serta mager-magernya sehingga Tzuyu memutuskan untuk tidak meminta mereka menemaninya ke pasar.
"Shhhiittt, cuantek sekali cewek ini gue lihat-lihat."
"Cantik, mulus, body goals. Ahayyy."
"Adekkk, mau ke mana?"
Napas Tzuyu tercekat. Dia melirik sebentar ke arah cowok-cowok kusam yang kini tengah menatapnya menggoda. Gadis itu lekas menarik ujung rok agar tubuh bagian bawahnya tidak terlalu terekspos. Ah, saat-saat seperti ini membuat Tzuyu ingin sekali menyalahkan ibunya karena selalu membelikannya rok-rok pendek. Salah Tzuyu juga kenapa memilih melewati gang sempit yang lumayan sepi ini.
"Ssst, sstt, cewek!"
Tzuyu mulai mempercepat langkahnya. Dia bahkan kesulitan menelan saliva. Sepertinya lokasi ini tempat preman pasar berkumpul. Lihat saja tampangnya yang sok keren itu. Pakaian serba hitam, berkalung rantai jumbo yang bertirai-tirai, melingkarkan sapu tangan di kepala, nyebat sampai udara di sekitar sana mendadak abu-abu, dan meludah sembarangan. Tzuyu hafal ciri-ciri mereka bahkan di saat ayunan langkahnya dipercepat, karena saking banyaknya jumlah mereka yang mungkin nongkrong sampai ujung lorong.
"Ada cewek masuk wilayah kita? Artinya apa nih?"
"Minta disergap kali."
"Jangan bilang dia pacar salah satu dari kita."
"Cuih, emang pacar siapa dah cakep bener?"
"Cakep-cakep jutek."
"Anjir, dia takut lo liatin mulu, Hen!"
Sampai pada puncaknya, Tzuyu dihadang pria bertubuh kekar yang dua senti lebih tinggi. Pria berkulit sawo matang itu tersenyum miring sambil bersedekap dada. Memandang Tzuyu dari atas sampai bawah seolah siap menjejali seluruh lekuk tubuh gadis itu.
"Maaf, sa-saya tidak ada urusan de-dengan A-anda," gagap Tzuyu, buku-buku jarinya kelewat putih seiring kerasnya dia menyalurkan tekanan. Biji-biji keringat membanjiri pelipisnya.
"Ada," tangkas pria berusia kisaran tiga puluhan itu. "Ketika lo udah menginjakkan kaki di area kami, itu tandanya lo ada urusan di sini."
"Saya tidak sengaja masuk ke sini, biarkan saya pergi."
Muncul dua pria lain di sisi-sisi pria kekar itu. Ketiganya berkulit sawo matang dan sama-sama tersenyum smirk. Si pria kekar maju dua langkah yang membuat Tzuyu kontan mundur tiga langkah. Namun ....
Buk!
Punggungnya menabrak dada seseorang. Ketika Tzuyu memutar tumit, terkutuklah dia karena ada tiga pria lain yang menghadang pergerakannya untuk mundur lebih jauh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurovagant | twice ✔
Fanfiction"Perkaranya nggak semudah yang lo pikirin, ini kasus gila." - Nayeon "Dari sekian banyak tersangka, kenapa harus Yoon Jeonghan?" - Jeongyeon "Gue bingung harus percaya siapa." - Momo "Dari awal cuma buang-buang waktu." - Sana "Maksud lo, kita diperm...