dua

7.1K 568 7
                                    


Chika masih memeluk ara, membiarkan ara mereda. Chika tau emosinya belum mereda tatapannya masih tajam yang artinya ara masih marah. Mengusap lembut bahunya yang terluka, chika tau bahkan sebelum ara memberitahunya.

Bahu ara terkena pukulan yang lumayan keras hingga membuat bahunya sedikit biru.

" aku ngga akan nyuruh kamu, tapi aku harap kamu tau apa yang harus kamu lakuin " ara mengangguk, matanya terpejam menikmati setiap sentuhan chika padanya.

" kalau mau mau pukul orang, pukul aku " ara menggeleng, bagaimana bisa ara melukai orang yang disayangnya.

" mana bisa " ucap ara pelan

" besok minggu aku anter kamu ke psikiater lagi yah " ara mengangguk pelan, tidak ara tidak bisa menolak apapun jika chika yang meminta. Keinginan chika adalah mutlak, tentu jika itu dalam hal baik. Emosi ara yang suka meledak ledak membuat chika khawatir. Memutuskan membawa ara ke psikiater adalah keputusan terbaik.

" maafin ara yah icaa, nanti ara usaha lagi buat berubah yah " ara melepaskan pelukannya menatap mata chika dalam, mata teduh yang membuat ara salalu berdebar tiap kali ara melihatnya.

" iyaa sayang " chika mengusap pipi ara pelan lalu tersenyum

" aku balik ke kantor yah " lanjut chika

" jangaan dong, ara kan masih kangen ica "

" heh! Manja "

" ihh icaa, serius ini mah "

" bodo ah " chika bangun dan merapihkan pakaiannya

" icaa ih jangaan "

Chika tidak merespon, dirinya terus saja berjalan memutar kunci lalu keluar berjalan menuju pintu utama

" ica ih dengerin ara " ara menarik tangan chika yang sudah berada di depan mobil

Cup

Chika mengecup kening ara, lalu mengacak rambutnya gemas. Manja sekali bajingan kecilnya ini.

" jangan lupa makan nanti bekasnya langsung cuci jangan buat kerjaan bi icih tambah banyak, aku ngga akan telat pulangnya " ucap chika lalu masuk kedalam mobil

Ara hanya menatap kesal mobil yang telah hilang dari pandangan

Berjalan dengan menghentakan kakinya, chikanya terlalu sibuk, dan ara terlalu rindu.

Tidak ada yang salah dengan dua hal itu, yang salah adalah hati mereka, hati yang selalu merindu, meski mereka bersama rasa rindu itu tetap ada.

.

.

Setiap part pendek, harap maklum.

Terimakasih sudah membaca

Terimakasih sudah membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Medicine ( chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang