24

2.9K 357 92
                                    


" mulutnya Zahra nur, makin kesini makin lemes aja "

" ngga usah sok kaya deh, beli makan aja ngga mampu "

Ara membuka mobilnya pandangannya masih datar, mendudukan chika di kursi depan memasang sabuk pengaman dan ara segera berjalan menuju kursi kemudi.

Menjalankan mobilnya dengan santai, untuk apa terburu buru toh dirinya ingin pulang kerumah bukan ke akhirat.

" akutuh beli makan disana loh ra "

" makan apa ? angin ? ngga usah kaya orang susah "

" makan nasi ada ra disana "

" masa chik ? badan makin kurus aja di rasa rasa ? "

" iya maaf ara sayang, janji ngga gitu lagi "

" ngga usah kebanyakan janji, kamu bukan pejabat chik "

" hubungannya apa sama pejabat ? "

" apa ngga makan bikin performa otak turun ? " ucap ara sedikit melirik kearah chika, jika sedang dimode seperti ini, sudahlah apapun yang chika katakana akan di balas oleh ara, chika tidak aka nada benarnya sekarang.

" marah marah trus, aku pergi lagi kejerman kali yah "

" pergi lah, ngapain juga pulang kalau Cuma buat kerja kerja kerja lagi bukannya istirajhat "

" istirahat, ini mau istirahat "

" kalau akunya ngga marah juga kamu ngga akan istirahat kan "

Chika terdiam, kepalanya Kembali berdenyut, menyandarkan seluruh tubuhnya kekursi, matanya terpejam tangannya memijit keningnya yang semakin berdenyut tak nyaman

" bisa beli obat sakit kepala dulu ngga ? aku pusing banget "

" itu bukan pusing karena sakit chika, tapi kurang istirahat "

" tolong "

Ara mengeraskan rahangnya, ara tau yang chika maksud bukan obat sesungguhnya, chika hanya butuh penenang untuk mengatasinya, chika hanya cemas dengan keadaannya.

" ngga chik "

" tolong ra " lirih chika

Ara tak menjawab hanya focus pada jalanan yang terlihat sepi, bukan ara tega, hanya saja ara benar benar ingin menghentikan kebiasaan buruk chika.

Sementara chika, tangannya sudah bergetar chika butuh obatnya sekarang, tangannya mencoba mencari obat didalam tas yang ia bawa, matanya perlahan terbuka, tetapi yang terlihat hanya bayangannya saja.

Tangannya sedikit tenang Ketika menemukan obat yang ia cari selama 10 menit kebelakang

Grep

Ara mengambil obat tersebut, membukanya dengan kasar dan membuang isinya dijalan raya, membiarkan obat obatan itu hancur terlindas oleh mobil mobil yang lewat.

Ara kali ini benar benar serius, tak terbantahkan, dan tidak ingin dibantah, matanya hanya fokus pada jalanan, walau hatinya berdetak kenang karena keadaan chika yang sedikit mengkhawatirkan, sesekali matanya melirik chika, wajahnya sudah pucat, lebih pucat saat pertama kali datang.

Mata ara memanas, sebegitu tergantungkah chika terhadap obat obatan yang diberi oleh dokter itu, tidak bisakah chika melepaskan obat sialan itu, tidak bisakah chika tenang karena hadirnya ara ?

Ara mengencangkan laju mobilnya, mengusap sudut matanya yang tiba tiba mengeluarkan cairan bening, hatinya benar benar sakit, sungguh ini lebih buruk dibandingkan dengan rasa sakit karena menahan rindu karena chika berada diluar negeri kemarin.

Sementara chika berusaha mati matian agar tidak hilang kendali, sekuat tenaga chika menahannya, menahan agar pikirannya tetap dalam batas normal.

Argggghhhhh

Teriak chika kencang membuat ara seketika menepikan mobilnya, berhenti di pinggir jalan, melepaskan seatbelt nya lalu memeluk chika erat.

"everything will be ok, believe me " .

.

.

Tbc

Pendek yah ?

Gimana yang oleng udah balik ? pawangnya udah balik noh, bikin mleyot trus dia

Gimana yang oleng udah balik ? pawangnya udah balik noh, bikin mleyot trus dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Medicine ( chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang