25

2.9K 345 14
                                    


Argggghhhhh

Teriak chika kencang membuat ara seketika menepikan mobilnya, berhenti di pinggir jalan, melepaskan seatbelt nya lalu memeluk chika erat.

"everything will be ok, believe me "

.

.

.

Ara memeluk chika erat, tak membiarkan chika lepas sedikitpun, air mata yang sejak tadi ditahannya kini sudah mengalir deras di pipinya.

Ara tidak akan membiarkan chika mengkonsumsi obat itu lagi, biarkan, biarkan ara yang akan menenangkannya jika memang suatu hari terjadi hal seperti ini lagi.

Dengan nafas yang masih naik turun chika benar benar butuh obatnya, chika mendorong ara kuat, membuka seatbeltnya dan pintu mobilnya, tanpa alas kaki chika berlari ketengah jalanan mencari obat penenang, obat yang saat ini sangat chika butuhkan.

Ara berjalan tertatih melihat chika yang seperti itu

" CHIKAAAAAA, PLEASE STOP " teriak ara kencang yang sekarang sudah mulai berlari mengejar chika ketengah jalan

Grep

Menarik lengan chika dan memeluknya erat, menyembunyin wajah chika di dadanya.

" aku disini, aku disini, tenang "

Chika memberontak, tetapi ara sudah memeluknya erat bahkan lebih erat.

30 menit berlalu, chika sudah lebih tenang walau isak tangis masih terdengar lirih, ara membantu chika untuk bangkit dan membawanya Kembali kedalam mobil, memasang sabuk pengamanan agar kekasihnya aman.

Ara segera berlalu menuju kursi kemudi, sebelum menjalankan mobilnya ara mengecup kening chika terlebih dahulu lalu menggenggam lengan chika dengan erat.

Membiarkan angin masuk lewat celah jendela, tujuannya hanya satu, agar chika bisa cepat tidur dan melupakan kegelisahannya.

Ara tidak pernah tau, sebegitu tergantungnya seorang yessica tamara terhadap butiran obat itu.

Sesekali ara melirik kearah chika yang bagusnya adalah chika sudah terlelap dengan mata yang sedikit bengkak dan hidung yang memerah.

Tangan chika masiha ra genggam dengan lembut, tak membiarkannya lepas, ara benar benar memberikan kenyamanan yang semoga itu bisa menenangkan chika.

Mobil sudah berhenti, tapi ara benar benar tak melepaskan genggamannya, ara hanya diam dan memandang chika dengan sayu.

" icaa, cepet sembuh, pasti berat yah hidup kaya gini, pasti susah yah berusaha sekuat tenaga buat hidupin kita, berusaha semaksimal mungkin buat masa depan, ara ngga bisa janji bisa buat perusahaan lebih baik, tapi ara janji buat berusaha semaksimal mungkin, sebaik mungkin, ara ngga akan nyerah chik " ucap ara pelan

Perlahan, genggaman tangan itu dilepas dengan sangat lembut tak ingin membuat gadis tinggi dengan gummy smilenya terusik dalam tidurnya. Ara turun dengan perlahan dan membuka pintu tempat duduk chika, melepaskan seatbeltnya lalu membawa chika kedalam gendongannya.

Membawanya masuk menuju kamaar yang semoga membuat chika lebih baik lagi

Mira menghampiri ara yang sedang menaiki tangga " chika kenapa ra ? " ucapnya dengan suara pelan, benar benar pelan tak ingin mengganggu chika

" sakit, tolong bukain pintu dong pung "

Mira mengangguk lalu berlari membukakan pintu kamar untuk chika tak lupa menyalakan AC agar terasa lebih segar

" makasih pung " ucap ara setelah menidurkan chika di atas kasur king sizenya

Ara menghela nafasnya lalu menatap mira yang sedang menatapnya bingung " chika Cuma cape, dia baik baik aja, lo juga istirahat mulai besok ayo kita lebih baik lagi buat ngurus perusahaan "

" kan mereka udah bali, kita harus tetep disana ? chika ngijinin emang ? "

" ngga tau sih, Cuma gua mau bantu chika aja "

" yaudah ngikut aja, toh demi kebaikan chika juga kan "

" heem, tidur gih besok kerja "

" lo juga ra, istirahat "

Ara mengangguk, setelah percakapan singkat dan kepergian mira, ara membersihkan kaki chika lalu masuk kedalam selimut yang menutup tubuh chika, memeluknya erat.

" good night yessica, ara disini, semuanya akan baik baik aja "

.

.

.

.

.

Pendek ?

lama ?


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Medicine ( chikara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang