4. DARA

201 53 41
                                    


Kepedulian bisa menjadi sebuah perasaan

___













D

i lain tempat, Allen terbangun karena merasakan sekujur tubuhnya sakit semua. Kepalanya sangat pusing ditambah ikatan di tangannya terlalu kuat membuat Allen sama sekali tidak bisa bergerak.
Ia memandangi setiap sudut ruangan yang tampak remang-remang karena dibatasi oleh satu lampu saja. Tempatnya juga berdebu dan banyak sarang laba-laba dimana-mana.

"Gue ada dimana ini? Perasaan tadi gue lagi nunggu angkot deh," gumam Allen. Sedetik kemudian Allen teringat bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang dan membekap mulutnya secara tiba-tiba.

Flashback on

"Mana sih angkotnya kok nggak keliatan sama sekali sih? Mana udah jam segini lagi, bisa telat gue," gerutu Allen sambil mengamati kanan dan kiri jalan raya.

Srek...srek....

Allen pun refleks menoleh ke belakang mendengar suara aneh tersebut. Tapi ia sama sekali tak menemukan siapa-siapa.

"Mungkin perasaan gue aja kali. Nggak mungkin ada hantu pagi-pagi kayak gini," ucap Allen berpikir positif, padahal jantungnya sedari tadi sudah berdebar kencang.

Saat Allen ingin berjalan menyebrangi jalan, tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang menggunakan kain yang bau nya sangat menyengat. Dan seketika semuanya gelap.

Flashback off

"Ternyata lo udah bangun," sebuah suara membuat atensi Allen beralih. Dilihat tiga gadis yang perlahan menghampirinya. Matanya membelalak melihat Dhea, Azara, dan Gisell menatapnya dengan tajam. Apakah mereka bertiga yang menculiknya?

"Lo..." gumam Allen tak percaya.

"Kenapa? Kaget gue yang ngulik lo? Santai aja kali, gue nggak bakal ngapa-ngapain lo asal lo nurutin perkataan gue. Simple kan?" ujar Dhea sambil tersenyum licik.

"Dasar licik!" sentak Allen.

"Gue bukannya licik, gue hanya memanfaatkan keadaan sebaik mungkin. Lo itu lemah dan mudah dipengaruhi, nggak mungkin dong gue lewatin kesempatan ini buat penuhi keinginan gue," balas Dhea santai membuat emosi Allen memuncak.

"Lepasin gue! Dasar nenek lampir nggak punya hati!" seru Allen berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Namun karena terlalu kencang, sampai-sampai pergelangan tangannya memerah.

"Terserah lo mau bilang apa tentang gue, gue nggak peduli. Lo cuma turutin aja permintaan gue dan lo bisa bebas. Apa susahnya sih?"

Allen terdiam sejenak. Ingin membalas Dhea namun saat ini ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada yang menolongnya di tempat sepi seperti ini. Rasanya Allen ingin mati saja daripada selalu menambah luka di hati.

"Gimana? Mau tetap tinggal disini atau turutin permintaan gue? Jawabannya ada di lo, gue tunggu sampai besok! Kalau besok lo masih nggak bisa jawab, siap-siap aja lo bakal tinggal disini selamanya," setelah mengatakan itu, Dhea beserta Azara dan Gisell meninggalkan Allen yang mematung.

Air matanya pun meluncur dengan bebas. Entah mengapa ia selalu diberi luka daripada kebahagian? Allen tidak pernah merasakan kebahagiaan sedari kecil. Yang didapatkannya adalah sebuah luka yang terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Aku sudah tidak kuat Tuhan!

•••

"Kita ini mau kemana sih? Dari tadi muter-muter nggak jelas. Kebut banget lagi, jantungan mendadak gue ntar," ucap Satria sambil memegang erat bangku mobil Gailan. Untung saja Gailan membawa mobil.

You're Enough [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang